Created by Scooter Bob
Semoga Bermanfaat
Silahkan di perbaharui kembali sesuai dengan hasil atau data yang diperoleh saat praktikum
"lebih Baik COFFE LATE daripada COPY PASTE"
Semoga Bermanfaat
Silahkan di perbaharui kembali sesuai dengan hasil atau data yang diperoleh saat praktikum
"lebih Baik COFFE LATE daripada COPY PASTE"
BE CREATIVE AND INOVATIVE GUYS
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “ Pemiharaan Ayam Broiler, Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu ke 2, Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu Ke 3, Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu ke 4, Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu Ke 5 sekalian dengan penelitian Karkas.
Penulis juga ucapkan terimakasih kepada asisten yang telah membantu dan memandu penulis di dalam melakukan praktikum, dan juga penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mau membantu penulis untuk penulis untuk menyelesaikan laporan semester ini.
Dan penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada asisten dosen yang telah membantu dan juga mengajari peserta sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
Jambi, Juni 2008
Penulis
PENDAHULUAN
Pemeliharaan ayam broiler
Ayam broiler adalah salah satu klasifikasi sebagai ayam pedaging atau ayam yang arah kemampuan utamanya menghasilkan daging. Anatomi ayam hampir sama pada semua strain. Perbedaan secara anatomi biasanya hanya ukuran tubuh. Ayam broiler yang masih kecil yang baru dibeli sangat di identik dengan pengawasan dan ketelitian. Pada ayam broiler yang baru datang sangat membutuhkan perlakuan yang baik dan pemanasan.
Periode pemanasan ( broading periode ) atau disebut juga dengan period starter. Pada prinsipnya, pemeliharaan ayam broiler breeder dan komersial pada periode pemanasan dimulai sejak DOC diterima. Sampai umur 3-4 minggu periode pemanasan sangat penting karena pada periode ini terjadi perkembangan fisiologi yang menentukan fisiologi yang menentukan keberhasilan usaha pemeliharaan ayam, yaitu periode pembentukkan sistem kekebalan tubuh, sistim kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal pembentukan kerangka putih.
Ayam broiler sebagai ayam ras pedaging perubahan dengan sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang ia makan menjadi daging yang sangat efesien. Kemampuan ini akan ia tunjukan pada temperatur lingkungan 190C hingga 210C. akibat temperatur yang panas itu, ayam ras mengatasi beban panasnya dengan mengurangi makanan dan banyak minum akibatnya unsur nutrisi yang penting bagi tubuhnya juga berkurang akibat terlalu banyaknya ayam minum.
Ayam broiler sangat dominan diternakkan di indonesia karena selain pertumbuhannya yang sangat cepat. Bobot badannya yang semakin hari semakin bertambah dan juga dapat menghasilkan keuntungan apabila diternakkan dalam jumlah yag banyak.
Ayam broiler sangat mudah sekali mengalami stress. Oleh sebab itu diperlukan pemeliharaan yang baik dan efesien, karena stress dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan dapat menyebaban kematian.
Kandang ayam broiler ini dibuat dengan tiga perlakuan yang dilaksanakan dengan memakai liter serabut, kelapa, rumput yang telah dikeringkan dan serutan kayu.
Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu ke 2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah mengajar peserta praktikum bagaimana cara pemeliharaan ayam broiler yang baik dan bagaimana cara pemberian pakan, minum, obat-obatan dan vaksinasi.
Adapun manfaat dari praktium ini adalah peserta praktikum tahu cara-cara yang baik untuk pemeliharaan ayam broiler dan tahu perbedaan ayam broiler yang mana dapat tumbuh cepat jika dilakukan tiga perlakuan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeliharaa Ayam Broiler
Konsumsi Pakan
Rasyaf (1992) berpendapat bahwa makanan dan minuman tetap harus diberikan. Tempat minum dibersihkan dahulu, kemudian dibersihkan dahulu kemudian diidi dengan air minum baru yang bersih. Tiga hari pertama tetap diberikan air minum bercampur vitamin, mineral + antibotika. Tetapi tidak perlu dicampur gula lagi. Vitamin, mineral dan antibiotika berguna untuk memulihkan kondisi anak unggas dan mencegah kemungkinan serangan penyakit. Kemudian makanan diberikan sesuai dengan kebutuhan anak unggas.
Fadillah (1998) berpendapat bahwa pakan untuk ayam broiler komersial harus tersedia setiap saat atau full feed. Sementara itu, teknik pemberian pakan pada ayam broiler breeder relatif beragam dengan tujuan untuk mencapai berat badan pullet sesuai dengan standar dan tingkat keseragamannya.
Fadillah (1998) berpendapat bahwa secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam tersiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Energi sering dikelompokan sebagian dari zat makanan karena dihasilkan dari proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein tubuh.
Pertambahan Bobot Badan
Rasyaf (1992) juga berpendapat bahwa diakhir minggu pertama hasil penimbangan sudah dilakukan, angka rataan dan ragam baku sudah diketahui kemudian sudah dipersentase ragam yang sudah diketahui.
Parwanta (2000), berpendapat bahwa tipe yang diberikan pada periode pertumbuhan berbeda dengan tipe pakan yang diberikan untuk periode pemanasan. Periode pertumbuhan ini dibagi menjdai dua fase, yaitu 2,6 sampai 15 minggu (maintenand period). Dan fase 3,16 sampai 25 minggu (preperation for laying period).
Konversi Pakan
Rasyaf (1988) berpendapat bahwa pada unggas pedaging yang menang dikembangkan untuk pertambahan bobot tubuh yang cepat, ada pula yang dikembangkan untuk tujuan tahan penyakit.
Djanah (1985) berpendapat bahwa angka konversi pakan di dapat dari konsumsi pakan yang dibagi pertambahan bobot badan mutlak.
Indeks Produksi
Rasyaf (1988) berpendapat bahwa indeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan, angka konversi dan pemeliharaan.
Rasyaf (1989) berpendapat bahwa indeks produksi merupakan hasil perkalian persentase ayam hidup dan bobot badan rataan dibagi konversi dan lama pemeliharaan.
Persentase Ayam Hidup
Rasyaf (1992) berpendapat bahwa persentase ayam hidup pada ayam broiler adalah 90% biasanya ayam broiler yang pedaging ini kematianya relatif rendah kecuali penyakit.
Palana (2003) berpendapat bahwa tiga persentase ayam hidup yaitu jumlah unggas yang hidup dibagi dengan jumlah unggas mula-mula 100%
Efisiensi
Rasyaf (1992) berpendapat bahwa efisiensi teknis diukur dalam kurun waktu satu minggu. Jumlah ransum yang dihabiskan perminggu diketahui dari hasil perkalian jutaan perhari dikali 7.
Rasyaf (1992) berpendapat bahwa bila efisiensi teknis kurang dari satu menunjukan bahwa telah terjadi pemborosan ransum dan berarti biaya ransum meningkat. Bila efisiensi teknis sama dengan satu menunjukkan bahwa hasil pemeliharaan tidak dapat dikatakan buruk dan juga tidak bisa dikatakan baik. Bila efisiensi teknis lebih besar dari satu ini berarti biaya ransum menurun.
Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu ke 2
Pemeliharaan
Djanah (1985) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan (over crowed) sehingga ayam berjejas-jejas. Karena ayam broiler memiliki badan besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam dapat kesempatan makan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat ditentukan oleh : umur ayam yang bersangkutan, suhu lingkungan daerah panas atau dingin, ventilasi sempurna atau tidak ada kandungan CO2.
Vick tobing (2004), menyatakan bahwa pada hari pertama minggu ke 3, pemanas sudah bisa pada hari pertama minggu 3, pemanas sudah bisa dikeluarkan dari kandang dan tirai plastik disekelilng kandang mulai diatur pembukaan dan penutupannya. Tirai digunakan untuk mengontrol kestabilan suhu kandang dari daerah tropis perbedaan suhu siang dan malam sangat tinggi. Untuk itu tirai harus dibuka. Pada siang hari dan tutup pada malam hari. Pembukaan dan penutupannya tirai perlu disesuaikan dengan suhu ruang yang harus konstan sebesar 29oC.
Konsumsi
Rasyaf (1990) menyatakan bahwa pakan ynag baik harus memilki keseimbangan, komposisi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan mineral. Kekurangan ataupun ketidakseimbangan zat-zat tersebut dalam jangka waktu tertentu akan berakibat terjadina defisiensi nutrisi. Bila hal ini terjadi ,performan stain ayam broiler secara keseluruhan agak terganggu. Pemberian pakan usaha broiler jadwalnya harus diatur sedemikian rupa agar pemberian pakan agar tidak terlalu sering keluar masuk kandang. Hal ini bertujuan untuk menghindari stress pada ayam yang dipacu pertumbuhannya.
Hartono (1997) menyatakan bahwa program pemberian pakan sangat tergantung pada rencana ayam itu dipanen. Jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang, pemberian pakan yang digunakan program dua jenis pakan jika ayam yang akan dipanen berukuran besar atau lebih dari 2 kg maka pemberian pakan menggunakan program 3 jenis pakan.
Pertumbuhan
Fadillah (2004) menyatakan bahwa berat padang tersebut tidak akan seragam. Pertambahan bobot badan akan berkurang telah mencapai titik maksimum. Sekitar umur tujuh minggu. Harus dilakukan penimbangan sampel yang akan diambil secara acak jika pertambahan bobot badan tidak sesuai dengan standar ayam yang dipelihara. Segera dievaluasi untuk mencari permasalahan dan menentukan solusinya.
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan, ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat. Oleh karena itu semua zat-zat makanan yang dinamakan yang digunakan untuk hidup pada pokoknya dahulu. Akibatnya pertambahan bobot badan akan terhambat.
Konversi
Fadillah (2004) menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit, terutama terjangkit penyakit saluran pernafasan. Pakan yang terbuang atau terjadi kebocoran. Kandungan gas dimana di dalam kandang tinggi. Temperatur dalam kandang tinggi dan kualitas pakan jelek.
AAK (1986) menyatakan konversi pakan yaitu perbandingan jaminan yang harus dikonsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu. Dengan demikian dapat diketahui beberapa banyak pakan yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu.
Efisiensi Teknis
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa efisiensi jenis PBB dibandingkan dengan jumlah ransum yang diberikan efisiensi teknis diukur dalam waktu satu minggu. Jika efisiensi teknis < 1 terjadi pemborosan. Ransum dan biaya tinggi diakibatkan berat tempat makan sehingga jumlah yang diberikan banyak kemungkinan ransum banyak yang tercecer. Kualitas bahan makanan jelek.
Pemeliharaan Ayam Broiler Minggu ke 3
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Djanah (1985) menyatakan bahwa pengaturan kapasitas kandang tidak boleh berlebihan (over crowed) sehingga ayam berjejas-jejas. Karena ayam broiler memiliki badan besar, maka kepadatan harus diusahakan lebih longgar dari pada petelur. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin suasana kandang tetap segar dan ayam dapat kesempatan makan minum yang sama. Tingkat kepadatan setiap kandang sangat ditentukan oleh : umur ayam yang bersangkutan, suhu lingkungan daerah panas atau dingin, ventilasi sempurna atau tidak ada kandungan CO2.
Vick tobing (2004), menyatakan bahwa pada hari pertama minggu ke 3, pemanas sudah bisa pada hari pertama minggu 3, pemanas sudah bisa dikeluarkan dari kandang dan tirai plastik disekelilng kandang mulai diatur pembukaan dan penutupannya. Tirai digunakan untuk mengontrol kestabilan suhu kandang dari daerah tropis perbedaan suhu siang dan malam sangat tinggi. Untuk itu tirai harus dibuka. Pada siang hari dan tutup pada malam hari. Pembukaan dan penutupannya tirai perlu disesuaikan dengan suhu ruang yang harus konstan sebesar 29oC.
Konsumsi
Rasyaf (1990) menyatakan bahwa pakan ynag baik harus memilki keseimbangan, komposisi protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan mineral. Kekurangan ataupun ketidakseimbangan zat-zat tersebut dalam jangka waktu tertentu akan berakibat terjadina defisiensi nutrisi. Bila hal ini terjadi ,performan stain ayam broiler secara keseluruhan agak terganggu. Pemberian pakan usaha broiler jadwalnya harus diatur sedemikian rupa agar pemberian pakan agar tidak terlalu sering keluar masuk kandang. Hal ini bertujuan untuk menghindari stress pada ayam yang dipacu pertumbuhannya.
Hartono (1997) menyatakan bahwa program pemberian pakan sangat tergantung pada rencana ayam itu dipanen. Jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang, pemberian pakan yang digunakan program dua jenis pakan jika ayam yang akan dipanen berukuran besar atau lebih dari 2 kg maka pemberian pakan menggunakan program 3 jenis pakan.
Pertumbuhan
Fadillah (2004) menyatakan bahwa berat padang tersebut tidak akan seragam. Pertambahan bobot badan akan berkurang telah mencapai titik maksimum. Sekitar umur tujuh minggu. Harus dilakukan penimbangan sampel yang akan diambil secara acak jika pertambahan bobot badan tidak sesuai dengan standar ayam yang dipelihara. Segera dievaluasi untuk mencari permasalahan dan menentukan solusinya.
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan, ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat. Oleh karena itu semua zat-zat makanan yang dinamakan yang digunakan untuk hidup pada pokoknya dahulu. Akibatnya pertambahan bobot badan akan terhambat.
Konversi
Fadillah (2004) menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit, terutama terjangkit penyakit saluran pernafasan. Pakan yang terbuang atau terjadi kebocoran. Kandungan gas dimana di dalam kandang tinggi. Temperatur dalam kandang tinggi dan kualitas pakan jelek.
AAK (1986) menyatakan konversi pakan yaitu perbandingan jaminan yang harus dikonsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu. Dengan demikian dapat diketahui beberapa banyak pakan yang akan dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu.
Efisiensi Teknis
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa efisiensi jenis PBB dibandingkan dengan jumlah ransum yang diberikan efisiensi teknis diukur dalam waktu satu minggu. Jika efisiensi teknis < 1 terjadi pemborosan. Ransum dan biaya tinggi diakibatkan berat tempat makan sehingga jumlah yang diberikan banyak kemungkinan ransum banyak yang tercecer. Kualitas bahan makanan jelek.
MATERI DAN METODA
Waktu Dan Tempat
Praktikum pemeliharaan ayam dilaksanakan selama 7 hari sabtu yaitu dari tanggal 26 April 2008 sampai 3 April 2008 yang dlaksanakan di LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI.
Materi
Dalam praktikum ini adapun alat dan bahan yang digunakan adalah kandang, tempat pakan 2 buah dan tempat minum 2 buah, bola lampu 2 buah, isolasi, kertas label, plastik hitam, gunting, sikat, karton, ember, kuas, koran, plastik pakan, pakan, timbangan, ayam 10 ekor, pisau, vitachick, vitabro, air biasa, gula, liter yang digunakan adalah serabut kelapa dan baskom.
Metoda
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah di dalam praktikum ini sebelum ayam masuk kandang, peserta praktikum dianjurkan untuk membersihkan kandang terlebih dahulu agar kuman bisa mati. Kemudian ayam ditimbang bobot badannya sesuai dengan bobot badan masing-masing. Setelah itu ayam dikasih label dan dimasukkan ke kandang. Setelah itu pemeliharaan dimulai dan di masing-masing kelompok dibuat piket dan setelah satu minggu ditimbang dan dihitung kemudian dicatat hasilnya.
diperlukan selain kegiatan rutin seperti memberi makan, minum, menjaga kebersihan dan kesehatan unggas
No | PBBR |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 2,16 2,14 2,69 2,28 2,34 2,42 3,43 2,5 2,57 2,82 |
JLH | 26,35 |
Pertumbuhan konversi pakan per ekor.
No | Konversi pakan |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 jlh | 1,7 1,8 1,6 1,4 1,4 1,5 1,1 1,2 1,0 1,4 14,1 |
Rata – rata = 14,1 / 10 = 1,4
Pada ayam C1.1 konversi pakannya 1,7 berarti untuk mendapatkan pertambahan 1 kg bobot badan dibutuhkan 1,7 kg pakan. Hal ini sesuai denagn pendapat Rasyaf (1988), yaitu pertambahan bobot badan tertentu jumlah pakan yang dikonsusi ternak yang disebut konversi pakan
Pada indeks induksi ayam yang kami amati adalah ayam tersebut sangat kecil. Indeks produksi dipengaruhi oleh pertamnbahan bobot badan,konversi pakan, dan juga lama pemeliharaan. Hal ini sesuaia denagn pendapat Rasyaf (1989), yaiu\tu nindeks produksi dipengaruhi oleh bobot badan.
Hasil pemeliharan pada minggu ke 2
Pakan yang baik harus memiliki keseimbangan komposisi protein, karbohidrat, lemak, vitamint, dan mineral, menurut Rasyaf (1990), bahwa pemberian pakan pada usia grower jadwalnya harus diatur sedemikian rupa agar pemberian pakan tidak sering keluar masuk kandang, hal ini menghindari agar tidak terjadi stress pada ayam yang sedang dipacu pertumbuhannya.
Pertambahan bobot badanya adalah ;
No | Bobot awal | Bobot akhir | PBB |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 78 gr 75gr 86gr 98gr 96gr 87gr 127gr 115gr 132gr 96gr | 257gr 235,1gr 292,4gr 366,4gr 330,8gr 282,6gr 393,8gr 413,3gr 411,3gr 316,0gr | 198,21 189,51 122,7 141,89 161,50 162,66 170,99 121,66 280,2 222,21 |
Rataan | 4300gr | 4120 gr | 980 gr |
Pernyataan Rasyaf (1992) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot bahan pada unggas yaitu faktor keturunan, ransom yang diberikan dan faktor penyakit. Bila kualitas ransom yang diberikan tidak sama atau memenuhi kebutuhan protein , asam amino dan energi yang meninjau pertambahan bobot badan y7ang cepat oleh karena itu semua zat-zat makanan yang dinamakan akan digunakan untuk hidup adalah dari summer makanan.
Pernyataan AKK (1986) menyatakan bahwa konversi pakan yaitu perbandingan jumlah yang habis dikonsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu dengan demikian dapat diketahui berapa banyak pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan bobot badan tertentu.
Mortalitas pada ayam broiler sampai minggu ke-2 untuk kel. C3 masih nol. Karma ayam broiler tidak ada yang mati dan persentase ayam hidup yang masih 100%. Sedangkan mordilitas angka kejadian terserang penyakit juga nol pada kelompok C3.
Efisiensi ransum yang didapat dapat dikatakan baik hal ini sependapat dengan Rasyaf (1992), bahwa efisiensi teknis PBB dibandingkan jumlah ransom yang diberikan efisiensi teknis diukur dalam waktu satu minggu. Jika efisiensi teknis <1 terjadi pemborosan ransum dengan adanya biaya tertinggi dan diakibatkan berat tempat pakan. Sehingga jumlah yang diberikan banyak kemungkinan ransum banyak yang tercecer atau kualitas bahan pakan jelek.
Indeks produksi yang kami dapatkan pada pemeliharaan ayam broiler selama pemeliharaan padaminggu ke-2 didapat adalah 95,20% menurut Anggrodi(1969) bahwa indeks produksi adalah perkalian antara persentase hidup broiler dengan berat badan rataan dikali jumlah konversi pakan dengan lama pemeliharaan dan faktor konstanta
Hasil pemeliharaan pada minggu ke-3
Pada saat penimbangan pakan yang diberikan adalah 4000gr. Pakan yang diberikan meningkat dari minggu pertama dan minggu ke-2 seiring dengan bertambahnya bobot badan ayam hal ini sependapat dengan Anggorodi (1969) bahwa apabila konsumsi pakan meningkat maka pertumbuhan ayam broiler akan cepat tercapai pada waktu tertetu.
Hasil yang didapatkan dari perhitungan dan penimbangan adalah
Jumlah ayam | Konsumsi pakan (gr) |
10 ekor | 4885,75gr |
Jumlah | 485,75gr |
Rata-rata | 444,16 gr |
Sumber: penimbangan dan perhitungan kel. C1
Hasil etambahan bobot badan pada minggu ke-3 adalah:
Kode ayam | Bobot awal | Bobot akhir | PBB |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 78 gr 75gr 86gr 98gr 96gr 87gr 127gr 115gr 132gr 96gr | 536 gr 528 gr 643gr 684gr 657gr 580gr 727gr 735gr 738gr 619gr | 61,2gr 415,9gr 375,08gr 283,29gr 158,76gr 201,15gr 254,33gr 363,59gr 378,51gr 681,2gr |
Rataan jumlah | - - | - - | 98,059gr 980,59gr |
Pernyataan Fadila 2004 bahwa berat ayam sekarang bertambah setiap minggu tetapi pertambahan tersebut tidak seragam. Pertambahan berat badan akan berkurang setelah mencapai titik maksimal wsekitar umur 7 minggu. Untuk mengetahui pertambahan berat badan ayam setiap minggu harus dilakukan penimbangan secara acak.
PBB mutlak: 320,34gr per ekor
PBB relative: 77%
Konversi pakan yang didapatkan pada minggu ke-3 adalah
Kode ayam | Konversi pakan |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 1,44 1,36 1,14 1,26 1,23 1,35 1,2 1,24 1,22 1,32 |
Jumlah 12,76 Rata-rata=1,28
Menurut Fadila 2004 bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam sakit terutama terjangkit penyakit saluran pernafasan. Pakan banyak terbuang atau terjadikebocoran kandungan gas ammonia didalam kandang, temperature didalam kandang tinggi dan kualitas pakan jelek.
Mortalitas pada ayam broiler sampa minggu ke-3 untuk kel. C1 masih nol karena ayam broiler belum ada yang mati dan persentase ayam hidup masih 100% sedangkan mordilitas angka teserang penyakit juga nol.
Efisiensi ransum yang didapatkan adalah 72,12% pernyataan Rasyaf (1992) menyatakan bahwa efisiensi teknis PBB dibandingkan dengan jumlah ransum yang diberikan dapat diukur dalam waktu satu minggu, jika efisiensi teknis <1 menandakan bahwa terjadi pemborosan dalam pemberian ransom dan biaya yang dikeluarkan sangat tinggi tapi jika efisiensi sama dengan satu maka pemeliharaan broiler baik.
Indek produksi pada pemeliharaan pada titik ke-3 adalah sebesar 24,14% angka ini diperoleh dari perkalian antara ersentase hidup broiler dengan berat badan rataan dikali jumlah konversi pakan dengan lama pemeliharaan dan faktor konstanta.
Hasil pemeliharaan pada minggu ke-4
Dari hasil penimbangan yang kami lakukan konsumsi pakan yaitu 4000gr. Semakin hari konsumsi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur hal ini diperkuat oleh pendapat Sugandi (1992) yaitu pakan yang baik harus memiliki keseimbangan komposisi, protein, karbohidrat, lemak yang ada pada pakan tersebut kekurangan zat-zat tersebut dalam jangka waktu tertetu akan mengakibatkan terjadinya defisiensi nutrisi. Bila hal ini terjadi, perpormance srain ayam broiler secara keseluruhan akan terganggu pada pemberian pakan pada usia grower.
Pertambahan bobot badan sudah mendekati maksimal yaitu
Kode ayam | PBBM (gr) |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 334 222 207 266 243 180 273 365 362 281 |
Jumlah rataan | 273 273,3 |
Pertambahan bobot diatas adalah pertambahan bobot mutlak yang diperoleh dari perhitungan antara berat akhir dan berat awal. Pertambahan bobot relative dapat dilihat dari table berikut:
Kode ayam | PBBR(%) |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 62,31 42,05 32,19 38,89 36,98 31,03 37,55 49,66 49,05 43,39 |
Jumlah | 423,1 |
Rata-rata | 42,31 |
Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan. Karena semakin banyak pakan yang dikonsumsi maka pertambahanbobot badan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rasyaf (1992), yaitu ada beberapa faktor ang mempengaruhi pertumbuhan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan, ransom, dan faktor penyakit. Jika pakan yang diberikan tidak mengandung za-zat makanan yang seimbang maka pertambahanbobot badanakan meningkat.
Koversi pakan aka pemeliharaan yang ke-4 adalah
Kode ayam | Konversi pakan |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 1,37 2,07 2,22 1,73 1,89 2,55 1,68 1,26 1,27 1,64 |
Jumlah | 17,68 |
Rata-rata | 1,368 |
Priode pemeliharaan aym yang lebih pendek akam menghasilkan konersi yang lebih baik dari pada ayam yang dipanen pada ukuran besar. AKK (1992) berpendapat ahwa konversi pakan yaitu perbadinganjumlah yang harus dikonsumsi dengan berat badan yang dicapai selama waktu tertentu. Dengan demikian dapat diketahui berapa banyak pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan berat badan tartentu.
Indeks produksi yang didapat adalah 80,4 %.indeks produksi ini adalah perkalian antara persentase hidup broiler dengan BB rataan dikali denagn jumlah perkalian konversi pakan denagnlama pemeliharaan dan faktor konsanta.
Mortalatas yang kami amati adalah nil persen mortalitasnya yaitu angka kematian pada ayam yang dipelihara. Disini mortalitas = nol, karena sampai minggu ke – 4 belum ada yang mati.hal ini karena dalam pemeliharaan yanag baik didukung denagn pemeliharaan yang baik.
Efisiensi teknis PBB dibandingkan jumlah ransom yang diberikan semakin tinggi nilai efisiensinya, maka usaha yang dilakukan akan dapat dikatakan berhasil.efisiensi ynag kami dapat adalah 45,54 %.hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992), yaitu jika efisiensi < 1 terjadi pemborosan ransumdan biaya tinggi di akibatkan berat tempat makan sehingga jumlah yamg diberikan banyak kemungkinan banyak yang tercecer, kualitas makan yang jelek.
Hasil pemeliharaan ayam pada minggu kelima
Pakan yang dikonsumsi pada minggu ke 4 lebih banyak dari minggu sebelumnya pakan yang baik harus memiliki keseimbangan konsumsi antara protein, karbohidrat, lemak, vitamint dan lemak.menurut Rasyaf (1990), menyatakan bahwa penberian pakan pada usia broiler jadwalnya harus diatur sedemikian rupa.agar tidak sering keluar dari kandang saat pemberian pakan,dan muntuk menghindari strees.
Dari hasil penimbanagn pakan pada minggu ke 4 adalah
Table | Kandang C1.1 | KandangC1.10 |
Konsumsi pakan | 3700 gr | 3700 gr |
Konsumsi / ekor | 740 gr | 740 gr |
Dari hasil penimbanagn pakan 4 minggu
Bobot badan ayam setelah 4 minggu pemeliharaan
Kandang | Rata – rata bobot awal | Rattan bobot setelah 4 minggu |
C1.1 | 38,2 gr | 973,2 gr |
C1.10 | 38,4 gr | 975,2 gr |
Bobot badan yang didapat selama pemeliharan selama 4 minggu semakin meningkat hal ini sependapat dengan Rasyaf (1990), menyatakan bobot badan akan bertambah dari hari ke hari kecuali jika ayam tersebut terserang penyakit.
Perhitungan pertambahan bobot badan dapat diukur dengan cara menimbang ayan dari awal masuk dan setelah lamanya pemeliharaan hasil penimbangan bobot badan ayam selama 4 minggu yaitu dari hasil perhitungan PBB setelah 4 minggu.
Pernyataan Fadillah (2004),bahwa berat badan ayam tidak seragampertambahan berat badan ayam akan berkurang setelah mencapai titk maksimum sekitar umur 7 minggu. Untuk mengetahui pertambahan berat ayam ayam setiap minggu harus dilakukan penimbabagn ayam yang di ambil secara acak.
Konversi pakan daapt dari hasil pembagian pakan yang dikonsumsi pertambahan bobot badan.konversi pakan dilihat dari sruktur ayam ksrena banyaknay bahan yang dikonsumsi,yaitu
Kandang | Rataan konversi pakan minggu ke 4 |
C1.1 C1.10 | O,79 % 0,70 % |
Konversi pakanakan mempengaruhi terhadap pertumbuhan ayam.pernyatan Anggorodi (1995), menyatakan bahwa beberapa penyebab konversi pakan tinggi adalah ayam yang sakit.saluran pernapasan pakan bayak mengandung gas ammonia di dalam kandang tinggi, temperature di dalam kandang tinggi dan kualiotas pakan jelek.
Mortalitas dan indeks produksi yaitu
Kandang | Rata- rata indeks produksi |
C1.1 | 419.51 % |
C1.10 | 424,86 % |
Nainggolan (1992), menyatakan bahwa semakin lama pemeliharan maka semakin tinggi pula jumlah indeks produksinya.
Efisiensi merupakan pertambahan bobot badan mutlak yang di bagi denagn konsumsi pakan / ekor dan dikal;I denagn 100 %. Semakin tingi nilai efisiensinya mak usaha yang di[erhatikan dapat diperhatikan dengan telti agar mendapatkan hasil yang baik.hal ini sesuaio dengan pendapat Rasyaf (1992), perhitungan efisiensi didapat denagn hasil yaitu
Kandang | Efisiensi |
C1.1 | 126,35 |
C1.10 | 126,59 |
Hasil perhitungan efisiensi selama pemeliharan 4 minggu.
Hasil dari kualitas telur adalah ;
Pada pemeriksaan telur pertama berat awal telur tersebut adalh 650 gr,berat telur dapat dibagi atas kunig dan putih telur,berat kuning kunig = 18,55 mm.tinggi putih telur = 9,21.hal ini sependapat denagn Rasyaf (1983),bahwa telurdi bagi atas 3 bagian utama, yitu kulit telur atau kerabang,bagian cairanyang bening dan cairn yang berwarna bening itu dibagi atas encer dan berbentuk kental.yang gunaya untuk mengikat kuning telur.
Panjang putih kental= 85, lebar = 6,5.diameter kuning telur= 3,6.bentuk dan bagian dalam telur dipengaruhi oleh makana yang dimakan induknya. Pertamapembungkus telur yang dikenal denagn kerabang, membutuhkan calcium,phosphor, dan vitamin D untuk pembentukannya,Wilson (1980)warna kuning telr dapat dilihat denagn kertas warna yaitu no 8,warna ini di pengaruhi oleh jenis pakan yang dikonsumsi ayam saat masih hidup.berat kerabang adalah 8 gram.ketebalan kerabang telur berbeda seti sudut yaitu ;
Tebal kerabang | Hasil |
1 2 3 4 5 6 | 0,49 0,46 0,47 0,45 0,46 0,46 |
Menurut pendapat Djamalin Djanah (1971), bahwa telur yang besar membutuhkan terperatur optimim yang relative berbeda denagn telur yang kecil,mempunyai luas permukaan yang berbeda sehingga daya serap berbeda pula.
Pada pemeriksaan telur ke 2 hasil yang di dapatkan adalah, berat telur 60 garn,dikurangi dengan berat cawan. Tebal kuning telur 9,33 mm dan tebal putih telurnya 5,21 mm.warna kuning telur yang di dapat kan pada telur ke 2 adalah no 6,menurut Mercia (1997), bahwa kuning telur yang baik adalah kuning telur yang berwarbna kekuninh – kuningan, semakin tua warna yang di hasilkan semakin baik kualitas telur yang di dapatkan.
Panjang telur dan ketebalannya pun berbeda pada telur ke 2, panjang telur kental 7 dan lebarnya 6.sedangkan untuk diameter kuning 4,7.pendapat Rasyaf memperkuat pernyatan ini bahwa kandungan yang ada pada kuning dan putih telur sangat tergantung dan berhubungan erat denagn kandungan zat makanan yang ada di dalam ransom yang di konsumsi selam pemeliharaan ter5nak ayam.
Berat kerabeng 6 dan berbeda setiap sisi yaitu;
Tebal kerabang | Hasil |
1 2 3 4 5 6 | 0,4 0,4 0,39 0,39 0,44 0,45 |
LAMPIRAN
- Konsumsi pakan = pakan yang diberikan – pakan sisa
= 2000gr – 662gr
= 1338 gr
Konsumsi per ekor = 1338 gr /10 = 133,8 gr
- Pertambahan bobot ayam selama pemeliharaan
No. urut | Minggu I | Mingguan II | Minggu III | Minggu IV |
C1.1 C1.2 C1.3 C1.4 C1.5 C1.6 C1.7 C1.8 C1.9 C1.10 | 36 gr 35 gr 32 gr 43 gr 41 gr 36 gr 37 gr 46 gr 37 gr 34 gr | 114 gr 110 gr 118 gr 141 gr 137 gr 123 gr 164 gr 161 gr 169 gr 130 gr | 536 528 643 684 657 580 727 735 738 619 | 870 750 850 950 900 760 1000 1100 1100 900 |
3a. PBB mutlak = berat akhir – berat awal
C1 = 114-36 = 78 gr C6 = 123-35= 87 gr
C2 = 110-35 = 75 gr C7 =164-37 = 127 gr
C3 = 118-32 = 86 gr C8 = 161-46= 116 gr
C4 = 141-43 = 98 gr C9 = 169-37= 132 gr
C5 = 137-41 = 96 gr C10= 130-34= 96 gr
b. PBB Relatif = Berat Akhir – Berat Awal / Berat Awal X 100%
C1 = 78/36 X 100 % = 216 % C6 = 87/36 X 100 % =241%
C2 = 75/35 X 100 %=241 C7 = 127/37 X 100 % =343%
C3 = 86/32 X 100 %=268 C8 = 116/46 X 100 % =252%
C4 = 98/43 X 100 %=227 C9 = 132/37 X 100 % =356%
C5 = 96/41 X 100 %=234 C10= 96/34 X 100 % =282%
4. Konversi Pakan = konsumsi per ekor / PBB mutlak
C1.1 = 133,8/78= 1,71 C1.6=133,8/87=1,53
C1.2 = 133,8 / 75= 1,784 C1.7=133,8/127=1,05
C1.3 = 133,8 / 86=1,55 C1.8=133,8/116=1,53
C1 4 = 133,8 / 98 =1,36 C1.9=133,8/132=1,013
C1.5 = 33,8 / 96= 1,39 C1.10=133,8/46=2,40
KOnversi Pakan Rataan = konsumsi / ekor : PBBM Rataan
= 133,8/990,1 = 1,350
5. Indeks Produksi = 100 X 37,7/1,350/7/10
= 3770/94,5
= 39,8 %
% ayam hidup = 10 X 100 / 10
= 100 %
6. Efisiensi = PBB mutlak / konsumsi per ekor X 100 %
C1.1=78 / 133,8 x 100 % = 58,2 % C1.6=87/ 133,8 x 100 % =65,0%
C1.2=75/ 133,8 x 100 % =5,60 % C1.7=127/ 133,8 x 100 % =94,9%
C1.3=86/ 133,8 x 100 % =64,2 % C1.8=116/ 133,8 x 100 % =86,6%
C1.4=98/ 133,8 x 100 % =73,2 % C1.9=132/ 133,8 x 100 % =98,6%
C1.5=96/ 133,8 x 100 % =71,7 % C1.10=46/ 133,8 x 100 % =71,7%
konsumsi pakan pada minggu ke 2
1.konsumsi pakan = pakan yang diberikan - pakan sisa
= 3000 gr – 349,1 gr
= 2650 gr
Konsumsi pakan per ekor = konsumsi pakan / jlh ayam
= 2650,6 /10
= 265,09 gr
2.Pertambahan bobot badan = berat akhir – berat awal
C1 = 257,9-114= 143,9 gr C6 = 282,6-123 =159,6 gr
C2 = 235,1-110=125,1 gr C7 = 393,8-164 =229,8 gr
C3 = 292,4-118=174,4 gr C8 = 413,3-161 =252,3 gr
C4 = 266,4-141=225,4 gr C9 = 411,3-169 =242,3 gr
C5 = 330,8-137=193,8 gr C1.10 = 316,0 – 130 = 186,0 gr
Pertambahan bobot badan relative (PBB)
PBBR = B akhir –B awal x 100%
B awal
- PBBR C1.1 = 257,9 -114 X 100% = 126,22%
114
-PBBR C1.2 = 235,1 – 110 X 100% = 113,72 %
110
- PBBR C1.3 = 292,4 – 118 X 100% = 147,80%
118
PBBR C1.4 = 266,4 – 141 X 100% = 225,4 %
141
PBBR C1.5 = 330,8 – 137 X 100% = 193,8%
137
PBBR C1.6 = 282,6 – 123 X 100 % = 159,6 %
123
PBBR C1.7 = 393,8 – 164 X 100 % = 229,8 %
164
PBBR C1.8 = 413,3 – 161 X 100 % = 252,3 %
161
PBBR C1.9 =411,3 – 169 X 100% = 242,3%
169
PBBR C1.10 = 316,0 – 130 X 100 % = 143,08 %
130
- perhitungan konversi pakan (Kp)
KP = konsumsi per ekor
PBBM
KP C1.1 = 265, 09 = 1,8
143,9
KP C1. 2=265,09 = 2,1
125,1
KP C1.3 =265,09 = 1,5
174,4
KP C1. 4=265,09 = 1,2
225,4
KP C1.5 =265,09 = 1,4
193,8
KP C1. 6 =265,09 = 1,7
159,6
KP C1.7 =265,09 = 1,2
229,8
KP C18. =265,09 = 1,1
252,3
KP C1.9 =265,09 = 1,1
242,3
KP C1.10 =265,09 = 1,4
186,0
rata –arata konversi pakan = konsumsi per ekor
rata- rata PBB
= 265,09 = 1,37
193,26
Indeks Produksi = % ayam hidup X rata – rata PBB
Konversi X lama pemeliharaan X 10
= 100 % X 329,96
1,37 X 14 x 10
= 172,03 %
% ayam hidup = jumlah ayam hidup X 100 %
Junlah ayam awal
= 10 X 100 %
10
= 100 %
Efisiensi = rata – rata PBBM X 100 %
Rata – rata konsumsi per ekor
= 193,26 X 100%
265,09
=72,90 %
KESIMPULAN DAN SARAN
Pemeliharaan Ayam Broiler
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini adalah dengan didapatkan dalam praktikum ini adalah dengan didapatnya efisiensi yaitu 0,74 dan berarti kurang dari menunjukan bahwa telah terjadi pemborosan ransum dan berarti biaya ransum meningkat. Pada pemeliharaan selama 2 minggu perkembangan ayam jauh lebih baik dari minggu pertama ini ditandai dengan IP yang diperoleh pada minggu ini dan konversi lebih rendah dibanding minggu sebelumnya.
Saran
Saran untuk paktikum ini selanjutnya adalah agar dapat mengontrol atau mengurangi tingkat pemborosan ransum yang diberi dengan biaya ransum yang tidak meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
A.A.K, 1986. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anggorodi, R. 1969. Pedoman Beternak Ayam Rakyat. Direktorat. Jenderal Peternakan Departemen Peternakan. Jakarta.
Djanah, 1985. Pemeliharaan Ayam Buras. Konisius. Yogyakarta.
Djanah, D. 1985. Beternak Ayam dan Itik. Cu Yasaguna. Malang.
Djatmiko, H.F. 1991. Ternak Ayam Komersil. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Fadillah, Roni. 2004. Ayam Broiler Komersil. Angromedia Pustaka. Jakarta.
Haryono, 1997. Pemeliharaan Ayam Ras. Konisius. Yogyakarta.
Rasyaf, M. 1988. Beternak Ayam Pedaging. PT Penerbit Swadaya. Jakarta
Rasyaf M 1989 Memelihara Buras ,penerbit konisius Yogyakarta.
Rasyat, M. 1995. Penggolahan Perternakan Unggas Pedaging. Pernerbit Konisius,Yogykarta,
Rasyaf, M. 1995. Pengololahan Usaha Perternakan Ayam Pedaging. PT. Garamadia. .Jakarta,
Vick Tobing. 2004. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wahyu. Juju. Prof. Dr. 1995. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjamada. Universitas Press, Jakarta.
Winarto, 1987. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang.
mau tanya gan
BalasHapuskenapa rumus IP menggunakan angka konstanta 10 bukan 100