Kamis, 18 Agustus 2011

Kilas Wabah Flu babi (H1N1)


                                                  Wabah Flu babi (H1N1)


Setelah wabah flu burung yang melanda dunia sejak tahun 2004 dan sampai sekarang masih bersifat endemik di beberapa negara termasuk Indonesia, dunia kembali dikejutkan dengan munculnya flu babi setelah sekian lama tidak pernah ditemukan. Berawal dari Meksiko yang melaporkan warganya terinfeksi flu babi dan sampai saat ini dalam waktu tidak terlalu lama mengakibatkan kematian sekitar 152 orang, 20 orang dinyatakan positif virus flu babi dan sekitar 1.004 orang tertular virus ini. Kemudian Amerika Serikat juga melaporkan adanya flu babi di Texas dan California yang sudah menewaskan 8 orang warga. Kurang dari sebulan beberapa negara melaporkan telah ditulari oleh virus flu babi, diantaranya Kanada, Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, Korea Selatan, Selandia baru, Australia, Brazil, Kolombia dan Israel. Dengan keadaan yang demikian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan munculnya wabah flu babi telah mengancam akan terjadinya pandemi dengan jumlah korban yang besar terutama manusia, dan meningkatkan level bahaya ke level 4 yaitu mengindikasikan resiko pandemi global sudah di depan mata.
Keadaan ini sangat tidak menguntungkan dan menimbulkan kekhawatiran negara-negara di dunia, tetapi dengan memperhatikan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan yang menyeluruh terhadap keluar masuknya orang di pintu-pintu masuk utama seperti bandara-bandara dan pelabuhan laut dapat meminimalisir penyebaran virus. Karakteristik dari penyebab flu babi yang ditemukan di meksiko virus influenza tipe A H1N1 sebenarnya jamak ditemukan di babi, akan tetapi yang dikhawatirkan sekarang ini adalah kemungkinan jenis virus flu babi ini hasil mutasi dari berbagai jenis virus influenza khususnya virus influenza yang berasal dari manusia dan unggas yang mengalami perubahan genetik (mutasi genetik, antigenic shift) pada babi.
Babi merupakan tempat pencampuran (mixing vessel) atau meminjam istilahnya CA Nidom, babi menjadi tempat “koalisi” virus. Hal ini memungkinkan karena dalam tubuh babi terdapat reseptor yang dapat mengikat kedua jenis virus influenza tersebut, reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Dengan demikian apabila terjadi percampuran dari berbagai jenis virus influenza dan mengalami mutasi dalam tubuh babi, menurut banyak ahli dapat menghasilkan tipe virus baru dan biasanya bersifat lebih ganas, maka tidak mungkin ancaman pandemik benar-benar akan terjadi dan penularan antarmanusia bukan sesuatu yang mustahil.
Satu hal lain yang perlu diingat bahwa sejak ditemukannya virus flu babi ini, sejarah mencatat kejadian pandemi telah terjadi berulang-ulang dengan siklus 90-100 tahunan, dan diyakini virus ini selalu mengalami mutasi dan adaptasi sebagai kegiatan virus untuk mempertahankan hidupnya, ketika terjadi pandemi dengan kematian tinggi dan apabila orang mampu sembuh dari infeksi tersebut serta memiliki antibodi terhadap virus itu maka keganasan virus mungkin berkurang atau tidak patogen lagi. Tetapi di pihak lain virus tetap berkembang dengan perubahan-perubahan antigenic shift misalnya dan ketika lingkungan mendukung virus akan kembali muncul dan barangkali menyebabkan bahaya pandemi seperti yang ditakutkan sekarang ini.
Flu babi muncul dan menebar peringatan sekaligus ancaman kematian. Akankah siklus pandemik itu akan berulang. Semoga saja tidak.


Probiotik


Tingginya kewaspadaan konsumen terutama di negara-negara maju akan makanan yang dikonsumsi terutama makanan yang berasal dari produk hewani mengilhami para nutritionist menciptakan makanan ternak yang tidak hanya mencukupi kebutuhan nutrisi (energi, asam amino, vitamin, dan mineral) bagi tenak itu sendiri tetapi juga keamanan bagi konsumen terhadap makanan yang dikonsumsi (daging, telur, dan susu).
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi konsumen, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikro-organisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens). Dilaporkan penggunaan antibiotik pada pakan ternak unggas di North Carolina (Amerika Serikat) mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli
.
Makanan fungsional

Sebagai pengganti antibiotik nutritionist merekomendasikan peternak menggunakan probiotik sebagai bahan aditif. Probiotik tergolong dalam makanan fungsional, di mana bahan makanan ini mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Berbeda dengan antibiotik, probiotik merupakan mikro-organisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak. Sementara antibiotik merupakan senyawa kimia murni yang mengalami proses penyerapan dalam saluran pencernaan. Di samping probiotik juga terdapat prebiotik. Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat {B(2-1) D fructans} yang tidak dapat dicerna oleh ternak berperut tunggal (monogastric seperti ayam atau babi). Serat tersebut dapat menjadi pemicu untuk peningkatan bakteri yang menguntungkan bagi ternak seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria. Sebagai perbandingan organisme yang mengonsumsi karbohidrat bukan berupa serat seperti sukrosa atau pati komposisi bakteria pada saluran pencernaan didominasi oleh bakteri Bacteriodes (72 persen) sementara pemberian makanan berupa serat seperti oligofruktosa atau inulin meningkatkan komposisi Bifidobacteria sampai 81 persen.

Istilah probiotik pertama sekali diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan tentang keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.
Sebagian besar probiotik yang digunakan sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus (L acidophilus, L lactis, L plantarum) dan Bifidobacterium (B bifidum, B thermophilum), di samping itu terdapat juga bakteri Streptococcus lactis dan jenis fungi seperti Aspergilus niger, Aspergilus oryzue. Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan. Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon cancer). Hasil penelitian menunjukkan insiden kanker lambung pada ternak yang diberikan probiotik (Lactobacillus GG) berpengaruh nyata terhadap ternak yang tidak diberikan probiotik. Di mana ternak yang diteliti terlebih dahulu diinjeksi dengan dimethylhydrazine (penyebab kanker).
Metchnikoff (1907) warga negara berkebangsaan Rusia memenangkan hadiah Nobel menarik dunia berkat penemuannya tentang kesehatan makhluk hidup berkaitan dengan mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan. Metchnikoff menyatakan bahwa mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan terdiri dari dua jenis, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pemberian yoghurt yang mengandung Lactobasillus bulgaricus (bakteri yang menguntungkan) meningkatkan kesehatan dan harapan hidup seperti terjadi pada penduduk Balkan. Prinsip kerja dari probiotik; bakteri-bakteri probiotik (lactobacillus dan Bifidobacterium) bekerja secara anaerob menghasilkan asam laktat mengakibatkan turunnya pH saluran pencernaan yang menghalangi perkembangan dan pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen. Berbeda dengan bakteri pathogen (Escherichia coli) yang mendiami daerah dinding pencernaan untuk mengembangkan penyakit, bakteri-bakteri probiotik mendiami mukosa pencernaan yang juga berakibat perubahan komposisi dari bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan.

Pengaruh probiotik
 
           
Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan sapi dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Pada ternak ayam pemberian Lactobacillus meningkatkan pertambahan berat badan 491,3 g/hari dibandingkan dengan kontrol 459,6 g/ hari. Namun, penelitian pada babi pengaruh probiotik baru jelas terlihat apabila ternak tersebut berada dalam kondisi stres, sementara keadaan normal tidak terdapat pengaruh nyata.
Di samping bakteri, fungi juga digunakan sebagai probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability dari pakan tersebut. Berbeda dengan bakteri, fungi merupakan mikro-organisme yang mempunyai tingkat resisten yang tinggi dan dapat hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan, di samping itu juga fungi mudah dikembang biakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Aspergillus niger meningkatkan berat badan 5,9 persen dan meningkatkan efisiensi pakan 0,8 persen. Peningkatan penampilan ternak akibat pemberian Aspergillus niger disebabkan oleh meningkatnya asam lemak terbang (volatile fatty acids) seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat yang merupakan sumber energi bagi ternak terutama ternak ruminansia (sapi, kerbau, atau kambing). Juga dilaporkan bahwa pemberian Saccharomyces cerevisie dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat seperti selulosa dan hemiselulosa. Transpor ternak dari satu tempat ke tempat lainnya dapat mengakibatkan ternak menjadi stres, penambahan fungsi pada pakan ternak selama masa perpindahan ternak dapat menjadi salah satu pemecahan masalahan.
Di samping probiotik, saat ini banyak dikembangkan berbagai jenis bahan aditif yang berasal dari produk mikro-organisme seperti enzim (proteinase, amilase, selulase, xylanase, pectinase, dan lain sebagainya) yang diberikan kepada ternak. Di berbagai negara akhir-akhir ini penelitian yang berkaitan dengan salah satu mikro-organisme yang memproduksi enzim phytase sedang gencar-gencarnya dilakukan. Enzim phytase sangat bermanfaat karena kemampuan enzim tersebut mengubah fosfor yang terdapat pada biji-bijian (jagung, padi, gandum, kacang kedelai, dan lain-lain) dalam bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia dan dapat diserap oleh ternak. Tanpa adanya phytase bagian besar pospor yang terdapat pada biji-bijian dikeluarkan melalui faeces, pada akhirnya dapat mencemari lingkungan melalui proses Eutropication (pengurangan air yang bermanfaat oleh organisme karena meningkatnya alga atau tanaman pengganggu dan berakibat rendahnya kandungan oksigen sebagai proses dekomposisi dari bahan alga tersebut).
Begitu besarnya manfaat penggunaan mikro-organisme sebagai bahan aditif pakan ternak, pada saat ini industri pakan di berbagai negara sedang mengembangkan teknik pembudidayaan jenis-jenis bakteri, jamur, dan protozoa, yang dikemas dalam bentuk pakan ternak untuk diperjualbelikan. Akhir-akhir ini negara-negara Eropa Barat sedang giat-giatnya memberantas pemakaian bahan-bahan antibiotik dan hormon sebagai pemicu produksi ternak, diharapkan pada tahun 2012 semua produksi ternak di Eropa barat bebas dari bahan kimia tersebut, sementara Jerman mencanangkan lebih dahulu (2006), produksi ternak dan pertanian bebas dari pemakaian bahan-bahan kimia (Ökologische produkte).
Industri pakan di berbagai negara seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Australia telah bekerja sama dengan institut dan universitas untuk melakukan penelitian sebelum produknya dilemparkan ke pasar. Penelitian tersebut berkaitan dengan keoptimalan dosis dan keefektifan bahan tersebut terhadap produksi ternak. Protexin, K-99 Lacto, ProViva, BioGaia, Bio-Plus adalah contoh-contoh produk probiotik yang telah dipasarkan.
Menurut Fuller (1992), probiotik adalah makanan tambahan berupa mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast yang dapat menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang dikatakan sebagai probiotik (McNaught and MacFie, 2000) jika :
1. Dapat diisolasi dari hewan inangnyadengan spesies yang sama.
2. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
3. Tidak bersifat patogen.
4. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama penyimpanan.
 Mekanisme kerja probiotik masih banyak dikontroversikan. Mekanisme berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan (Budiansyah A, 2004), antara lain :

1. Melekat dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. Jika mikroba dapat menempel kuat pada sel-sel usus maka mikroba dapat berkembangbiak dan mikroba patogen akan tereduksi dari sel-sel usus.

2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat antimikroba.yang menguntungkan. Spora tersebut diselimuti oleh mantel alami, bukan dari kapsul. Pemilihan untuk mikroorganisme probiotik perlu dilakukan uji tes. Pemberian probiotik dengan mikroba tunggal dalam bentuk spora akan lebih baik karena lebih menguntungkan dan kualitasnya lebih terjamin.




Kilas Pandang Manajemen Unggas


A.    Ketentuan Umum
1.      Kotoran ayam segera dibersihkan setelah habis dipanen dan dibuang jauh dari lingkungan perkandangan.
2.      Setelah pembersihan kotoran ayam dilakukan pencucian peralatan kandang.
3.      Sekitar 3 hari setelah ayam habis dilakukan pencucian kandang.
4.      Pencucian kandang dilakukan dengan menggunkan semprotan air bersih dari mesin semprot atau sejenisnya.
5.      Urut-urutan pencucian kandang, meliputi:
-          Slat bagian bawah.
-          Bagian atap, bagian dinding dan slat bagian atas.
-          Lantai bawah.
6.      Pembersihan kandang dan peralatan sampai bersih membutuhkan waktu selama 7 hari.

B.     Tata Cara Pencucuian Peralatan Kandang
  1. Semua tirai, gantungan tempat pakan dan tempat minum dicopot serta dicuci dengan deterjen sampai bersih.
  2. Tempat pakan, tempat minum dan slangnya juga dibersihkan dengan deterjen.
  3. Cuci tandon air minum dan gelontor paralon instalatir air minum dengan mesin semprot.
  4. Bilas dengan air bersih dari rendaman dengan air desinfektan.
  5. semua peralatan diangkat dari rendaman dan biarkan sampai kering.
  6. setelah bersih dan kering disimpan didalam gudang.

C.    Tata Cara Pencucuian Kandang
  1. Mula-mula cuci slat bagian bawah sampai semua kotoran yang menempel hilang dan bersih.
  2. Cuci slat bagian atas sampai permukaan slat menjadi bersih dari kotoran ayam, bulu, sarang laba-laba maupun kotoran yang lain.
  3. Bersamaan pencucian slat bagian atas, cuci sekalian bagian atap dinding kandang, lagur gantungan tempat pakan dan tempat minum serta tiang-tiang kandang dari kotoran, debu serta sarang laba-laba.
  4. Kemudian terakhir dicuci lantai bawah kandang dari kotora, bulu ayam dan sisa-sisa sekam sampai bersih.
  5. Ukuran bersihnya kandang adalah kandang tampak seperti baru atau seperti belum pernah diisi ayam.
  6. Setelah semua bersih, pasang tirai dalam dan tirai luar sehingga kandang tertutup rapat.
  7. segera semprot dengan desinfektan keseluruhan permukaan kandang mulai dari atap, dinding, slat bagian atas dan lantai bawah, serta tirai dari dalam maupun dari luar. Penyemprotan desinfektan diusahakan dilakukan ketika kandang masih dalam keadaan lembab dan basah agar desinfektan dapat menempel dengan kuat.
  8. Bersihkan tanah lingkungan sekitar kandang dari sisa-sisa kotoran, bulu ayam, sekam dan sampah. Bersihkan semua rumput dan semak yang tumbuh dan kemudian semprotkan desinfektan kepermukaan tanah disekitar kandang.

Prinsip Persiapan Kandang
1.      Sesudah panen atau penangkapan ayam terakhir dengan cepat kotoran dikeluarkan.
2.      kandang disapu, bersihkan juga sarang laba-laba, kayu kandang dan sisa kotoran baik dalam kandang dan luar kandang sampai bersih.
3.      Cuci kandang, termasuk atap, lantai, kawat samping dan tirai serta cuci tangki air dan pipa dalam kandang dengan alat semprot.
4.      cuci peralatan kandang dan peraalatan brooding dengan desinfektan direndam atau disemprot dengan perbandingan. (1:  )
5.      Semprot dalam kandang dan sekitar kandang dengan desinfektan perbandingan  (1:  ) (1 bagian desinfektan dengan     bagian air )
6.      seting peralatan untuk brooder, sekam masuk dan semprot dengan desinfektan (II), dengan perbandingan (1:.....)
7.      Tutup kandang “Rest House”  tidak boleh orang masuk sampai satu hari sebelum DOC masuk (Untuk persiapan air dan cross cek peralatan lagi).

A.    Periapan Kandang
Semua equipment open house dan closed house disimpan dalam keadaan bersih, seperti:
·         Gasolec/tungku pembakaran dibungkus plastik dan dipinggirkan.
·         Blower bersih dan di bungkus plastik.
·         Tempat pakan dimasukkan gudang.
·         Lingkungan kandang asri/ada tanaman bunga.
·         Sekam sudah ditaburkan 2 hari sebelum DOC in dan ketebalan 5-10cm.
·         Peralatan kandang lain dalam keadaan bersih dan siap pakai.

B.     Pada Saat Penerimaan DOC
  • Pemanas dinyalakan 1-2 jam sebelum DOC tiba.
  • Pastikan temperatur brooder sudah memenuhi standar 330C.
  • Timbang sample DOC dan hitung jumlahnya.
  • Taruh DOC yang sama dalam skat yang sama.
  • Berikan larutan gula dengan konsentrasi 2% , beri pakan sesegera mungkin dan dalam 2 jam pertama pastikan semua DOC sudah mengkonsumsinya.
  • Sebaiknya 24 jam pertama pemanas jangan dimatikan (bila terlalu panas atur regulator).
  • Alas koran/kertas.
  • Satu pemanas SBM untuk 500 ekor DOC/Gasolec atau pemanas untuk 750 ekor DOC.
  • Umur 2 hari masih pakai feeder chick dan tempat minum galonan yang selalu terisi air.






Jumat, 29 April 2011

8 WAKTU TERBAIK UNTUK MR.O (OTAK)

Koleksi Bahan Bacaan 
by
Scooter Bob


8 WAKTU TERBAIK UNTUK OTAK KITA

Banyak yang menduga hanya energi atau berat badan yang dapat berfluktuasi selama satu hari. Padahal otak manusia juga memiliki irama tersendiri dan ada waktu-waktu terbaiknya. Kapan saja waktu brilian untuk melakukan aktivitas tertentu?       Seperti dikutip dari Health.MSN, Senin (4/10/2010) ada 8 waktu tertentu yang mana seseorang bisa menjadi brilian dalam melakukan tugas-tugasnya, yaitu:
Jam 7-9 pagi: Saat terbaik untuk meningkatkan semangat dan gairah "Waktu tersebut merupakan saat yang sempurna untuk meningkatkan ikatan dengan pasangan ketika baru bangun tidur," ujar Ilia Karatsoreos, PhD, ahli saraf dari Rockefeller University.
Hal ini karena kadar hormon oksitosin (hormon cinta) berada di level tertinggi setelah bangun tidur. Waktu ini merupakan saat yang tepat untuk memperkuat hubungan dengan orang-orang yang paling penting dalam hidup. Peneliti Inggris menuturkan bahwa kadar oksitosin pada laki-laki akan berangsur-angsur menurun seiring berjalannya waktu.
Jam 9 pagi sampai 11 siang: Saat terbaik untuk kreativitas. Pada waktu tersebut otak memiliki hormon kortisol (hormon stres) yang cukup, sehingga dapat membantu memfokuskan pikiran dan hal ini tidak dipengaruhi oleh usia berapapun.
Saat ini merupakan waktu yang prima untuk belajar serta mengerjakan tugas yang membutuhkan analisa dan konsentrasi. Karena itu saatnya mengembangkan ide baru, membuat presentasi atau melakukan brainstorming.
Jam 11 sampai jam 2 siang: Saat terbaik untuk melakukan tugas yang sulit. Peneliti Jerman menuturkan saat tersebut hormon melatonin (hormon tidur) telah menurun tajam, sehingga tubuh lebih siap untuk mengerjakan beban proyek atau pekerjaan yang sulit dan keras.
Namun sebaiknya tetap tidak melakukan beberapa tugas secara bersamaan, karena akan membuat seseorang kehilngan konsentrasi. Karena itu saatnya melakukan presentasi atau melakukan tugas yang berat lainnya.
Jam 2-3 siang: Saat terbaik untuk beristirahat. Untuk mencerna makan siang, maka tubuh akan menarik darah dari otak ke perut, kondisi ini akan membuat asupan darah atau oksigen ke otak sedikit berkurang yang membuat seseorang jadi mengantuk. Untuk itu cobalah beristirahat sebentar dari pekerjaan.


USE YOUR MIND

Jika tetap harus bekerja dan melawan kantuk, cobalah berjalan-jalan sebentar, melakukan meditasi atau minum air putih. Hal ini bisa meningkatkan volume vaskuler dan sirkulasi sehingga meningkatkan aliran darah ke otak.
Jam 3 siang sampai 6 sore: Saat terbaik untuk kolaborasi. "Pada saat sekarang otak akan merasa sangat lelah," ujar Paul Nussbaum, PhD, seorang neuropsikolog klinis. Karena itu tak ada salahnya untuk melakukan kolaborasi dengan rekan kerja atau melakukan kegiatan yang berbeda. Meskipun otak tidak setajam waktu sebelumnya, tapi seseorang akan merasa lebih santai dan tekanan tubuhnya juga lebih rendah.
Jam 6 sore sampai 8 malam: Saat terbaik untuk melakukan tugas-tugas pribadi
Diantara jam tersebut, peneliti menemukan bahwa otak sudah masuk dalam tahap 'pemeliharaan', yaitu ketika produksi melatonin masih berada di level rendah.
Tak ada salahnya untuk berjalan-jalan seorang diri atau bersama teman-teman, menyiapkan makan malam atau menikmati waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga.
Jam 8-10 malam: Saat terbaik untuk bersantai. Pada saat ini ada transisi dari kondisi terjaga menjadi mengantuk, karena kadar hormon melatonin akan meningkat cepat. Sementara itu kadar serotonin (neurotransmitter yang berhubungan dengan semangat) akan memudar.
Rubin Naiman, PhD spesialis masalah tidur dari University of Arizona's Center for Integrative Medicine menuturkan sekitar 80 persen serotonin akan dirangsang dari paparan sinar matahari, sehingga jika matahari tenggelam kadar dalam dalam tubuh juga berkurang.
"Pada malam hari ketika otak sudah lelah, merupakan cara terbaik untuk membuat tubuh menjadi santai seperti menonton film lucu, merajut atau melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh santai atau rileks," ujar Naiman.
Jam 10 malam ke atas: Saat terbaik untuk tidur dan menuda segala kegiatan. Saat ini merupakan waktunya istirahat malam dan tidur, pengaturan cahaya akan dapat membantu membiarkan otak beristirahat. Setelah beberapa jam, otak akan siap kembali untuk memulai aktivitas baru.
Usahakan untuk mendapatkan tidur yang cukup sebanyak 7-8 jam, sehingga bisa mendapatkan kesehatan dan energi yang optimal di pagi hari.

source : detik health
BE CREATIVE AND INOVATIVE


Berhati-hatilah dalam berpikir
Dengan berpikir sesuatu dapat terjadi
Bila berpikir untuk hal-hal yang besar, maka berjuanglah
Bila berpikir untuk hal-hal yang tidak berguna, maka tinggalkanlah
(Bobit Kowanus Utomo, 2011)

TODAY IS THE BEST DAY OF MY LIVE 




Rabu, 27 April 2011

PENYAKIT VIRAL UNGGAS (ND, IBD DAN MAREK)

KOLEKSI BAHAN BACAAN 

by 
SCOOTER BOB

Link ny dapat di lihat di bawah
SEMOGA BERMANFAAT





PENYAKIT VIRAL UNGGAS
(ND, IBD DAN MAREK)

Oleh :
Drh. Imbang Dwi Rahayu, Mkes.
Staf Pengajar Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang


I. Penyakit Newcastle Disease (ND)
            Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka kematian yang tinggi, disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan famili  paramyxoviridae. Nama lain untuk ND adalah tetelo, pseudovogolpest, sampar ayam, Rhaniket, Pneumoencephalitis dan Tontaor furrens. Newcastle Disease dipandang sebagai salah satu penyakit penting di bidang perunggasan. Kejadian wabah penyakit ND seringkali terjadi pada kelompok ayam yang tidak memiliki kekebalan atau pada kelompok yang memiliki kekebalan rendah akibat terlambat divaksinasi atau karena kegagalan program vaksinasi.
            Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ND antara lain berupa kematian ayam, penurunan produksi telur pada ayam petelur, gangguan pertumbuhan dan penurunan berat badan pada ayam pedaging.
            Terdapat tiga katagori ND yang  secara rinci dibahas di bawah ini. 
1)      Velogenik. Virus golongan ini bersifat akut dan sangat mematikan serta dikategorikan sangat tinggi patogenitasnya ( sangat ganas). Wabah ND di Indonesia umumnya disebabkan oleh velogenik tipe Asia yang lebih banyak menimbulkan kematian daripada tipe Amerika. Velogenik tipe Asia disebut juga Velogenik Visceritropik. Sedangkan Velogenik tipe Amerika disebut juga Velogenik pneumoencephalitis. Contoh virus galur velogenik, antara lain  Milano, Herts, Texas.
2)      Mesogenik. Virus galur ini  bersifat akut, cukup mematikan dan dikategorikan sedang patogenitasnya.  Contoh galur mesogenik, antara lain  Mukteswar, Kumarov, Hardfordhire dan Roakin
3) Lentogenik. Virus galur lentogenik merupakan bentuk respirasi sedang yang sangat rendah patogenitasnya. Contoh virus galur lentogenik, antara lain  B1, F dan La Sota.

Sifat-sifat Virus ND 

            Sifat-sifat virus ND penting untuk diketahui guna menentukan model atau cara-cara pencegahan dan penanganan vaksin. Sifat virus ND antara lain  menggumpalkan butir darah merah, di bawah sinar ultra violet akan mati dalam dua detik, mudah mati dalam keadaan sekitar yang tidak stabil dan rentan terhadap zat-zat kimia, seperti : kaporit, besi, klor dan lain-lain. Desinfektan yang peka untuk ND, antara lain  NaOH 2%, Formalin (1 – 2%), Phenol-lisol 3%, alkohol 95 dan 70%, fumigasi dengan Kalium permanganat (PK) 1 : 5000.  Aktivitas ND akan hilang pada suhu 100oC selama satu menit, pada suhu 56oC akan mati selama lima menit sampai lima jam, pada suhu 37oC selama berbulan-bulan. Virus ND stabil pada pH 3 sampai dengan 11.
            Masa inkubasi penyakit ND adalah 2 – 15 hari, dengan rata-rata 6 hari. Ayam yang tertul;ar virus ND akan mulai mengeluarkan virus melalui alat pernapasan antara 1 sampai dengan 2 hari setelah infeksi.
            Infeksi oleh virus ND di alam yang tidak menyebabkan kematian akan menimbulkan kekebalan selama 6 – 12 bulan, demikian juga halnya kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi.
Ternak Rentan

            Hampir semua jenis unggas,  baik unggas darat maupun unggas air rentan terhadap virus ND, termasuk ayam, kalkun, itik, angsa, merpati dan unggas liar.

Cara Penularan

            Penularan virus ND dari satu tempat ke tempat lain terjadi melalui alat transportasi, pekerja kandang, litter dan peralatan kandang, burung dan hewan lain. Debu kandang, angin, serangga, makanan dan karung makanan yang tercemar, dapat pula melalui telur terinfeksi yang pecah dalam inkubator dan mengkontaminasi kerabang telur lain. Penyebaran virus ND oleh angin bisa mencapai radius 5 km. Burung-burung pengganggu, ayam kampung dan burung peliharaan lain merupakan reservoir ND.

            Penularan ND terutama melaui udara.  Melalui  batuk, virus mudah terlepas dari saluran pernapasan penderita ke udara dan mencemari pakan, air minum, sepatu, pakaian dan alat-alat sekitarnya. Virus dengan capat menyebar dari ayam ke ayam lain, dari satu kandang ke kandang lain.
            Sekresi, ekskresi dan bangkai penderita merupakan sumber penularan penting bagi ND. Virus yang tercampur lendir atau dalam feses dan urine mampu bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan kering tahan labih lama lagi.
Gejala Klinis
            Gejala klinis yang terlihat pada penderita sangat bervariasi, dari yang  sangat  ringan sampai yang terberat. Berikut ini dijelaskan kemungkinan gejala-gejala klinis pada ungggas penderita penyakit ND. 
·         Bentuk Velogenik-viscerotropik :  bersifat akut, menimbulkan kematian yang tinggi, mencapai 80 – 100%. Pada permulaan sakit napsu makan hilang, mencret yang kadang-kadang disertai darah, lesu, sesak napas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralisis parsial atau komplit, kadang-kadang terlihat gejala torticalis.
·         Bentuk Velogenik-pneumoencephalitis : gejala pernapasan dan syaraf, seperti torticalis lebih menonjol terjadi daripada velogenik-viscerotropik. Mortalitas bisa mencapai 60 – 80 %.
·         Bentuk Mesogenik :  pada bentuk ini terlihat gejala klinis berupa gejala respirasi, seperti : batuk, bersin, sesak napas, megap-megap. Pada anak ayam menyebabkan kematian sampai 10%, sedangkan pada ayam dewasa hanya berupa penurunan produksi telur dan hambatan pertumbuhan, tidak menimbulkan kematian.
·         Bentuk Lentogenik :  terlihat gejala respirasi ringan saja, tidak terlihat gejala syaraf. Bentuk ini tidak menimbulkan kematian, baik pada anak ayam maupun ayam dewasa.
·         Bentuk asymptomatik : pada galur lentogenik juga sering tidak memperlihatkan gejala klinis.  
            Gejala klinis anak ayam dan ayam fase bertelur penderita ND  dijelaskan sebagai berikut (a) Pada anak ayam, ditemukan penderita mati tiba-tiba tanpa gejala penyakit. Pernapasan sesak, batuk, lemah, napsu makan menurun, mencret dan  berkerumun. Terlihat gejala syarafi berupa paralisis total atau parsial. Penderita mengalami tremor atau kejang otot, bergerak melingkar dan jatuh. Sayap terkulai dan leher terputar (torticolis). Mortalitas pada penderita bervariasi. (b) pada ayam fase produksi, umur  2 sampai dengan 3 minggu terlihat gejala gangguan pernapasan, depresi dan napsu makan menurun, namun gejala syaraf jarang terlihat. Produksi telur menurun secara mendadak. Morbiditas dapat mencapai 100%, sedangkan mortalitas bisa mencapai 15%. 

Kelainan Pasca Mati

                Perubahan pasca mati pada unggas penderita antara lain, meliputi ptechiae,  berupa bintik-bintik perdarahan pada proventrikulus dan seca tonsil, eksudat dan peradangan pada saluran pernapasan serta nekrosis pada usus, sebagaimana

Pencegahan

            Tindakan vaksinasi merupakan langkah yang tepat sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit ND. Program vaksinasi yang secara umum diterapkan, yaitu (1) pada infeksi lentogenik ayam pedaging,  dicegah dengan pemberian vaksin aerosol atau tetes mata pada anak ayam umur sehari dengan menggunakan vaksin Hitchner B1 dan dilanjutkan dengan booster melalui air minum atau secara aerosol (2) pada infeksi lentogenik ayam pembibit dapat dicegah dengan pemberian vaksin Hitchner B1 secara aerosol atau tetes mata pada hari ke-10. Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 24 hari dan 8 minggu dengan vaksin Hitchner B1 atau vaksin LaSota dalam air, diikuti dengan pemberian vaksin emulsi multivalen yang diinaktivasi dengan minyak pada umur 18 – 20 minggu. Vaksin multivalen ini dapat diberikan lagi pada umur 45 minggu, tergantung kepada titer antibodi kawanan ayam, resiko terjangkitnya penyakit dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemeliharaan.
            Tindakan pencegahan selain vaksinasi adalah sanitasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain (1) sebelum kandang dipakai, kandang dibersihkan kemudian dilabur dengan kapur yang dibubuhi NaOH 2%. Desinfeksi kandang dilakukan secara fumigasi dengan menggunakan fumigant berupa formalin 1 – 2% dan KMnO4, dengan perbandingan 1 : 5000 (2) liter diupayakan tetap kering, bersih dengan ventilasi yang baik. Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa memindahkan virus ND. Kandang diusahakan mendapat cukup sinar matahari (3) hindari penggunaan karung bekas (4) DOC harus berasal dari perusahaan pembibit yang bebas dari ND (5) di pintu-pintu masuk disediakan tempat penghapus hamaan, baik untuk alat transportasi maupun orang. (6) memberikan pakan yang cukup kuantitas maupun kualitas.

Pengendalian 

                Tindakan pengendalian untuk menekan penularan penyakit ND sangat diperlukan. Tindakan-tindakan tersebut, antara lain meliputi  (1) ayam yang mati karena ND harus dibakar atau dikubur (2) ayam penderita yang masih hidup harus disingkirkan, disembelih dan daging bisa diperjualbelikan dengan syarat harus dimasak terlebih dahulu dan sisa pemotongan harus dibakar atau dikubur (3) larangan mengeluarkan ayam, baik dalam keadaan mati atau hidup bagi peternakan yang terkena wabah ND, kecuali untuk kepentingan diagnosis(4) larangan menetaskan telur dari ayam penderita ND dan izin menetaskan telur harus dicabut selama masih ada wabah ND pada  perusahaan pembibit (5) penyakit ND dianggap lenyap dari peternakan setelah 2 bulan dari kasus terahir atau 1 bulan dari kasus terakhir yang disertai tindakan penghapus hamaan.

2. Penyakit Infectious Bursal Disease (IBD) atau Gumboro
            Penyakit IBD merupakan penyakit menular pada ayam dengan ciri khas menyerang bagian bursa fabricius pusat kekebalan pada ayam umur muda. Hasil survei menunjukkan 80% kasus IBD terjadi  pada ayam umur 3 sampai dengan 5 minggu, 17 % terjadi pada ayam umur antara 6 minggu sampai 10 minggu dan bisa terjadi sepanjang bursa fabricius masih berfungsi, yaitu antara umur 1 sampai dengan 16 minggu. Penyakit ini sudah meluas di seluruh negara-negara industri ayam.
            Beberapa gejala khas penderita IBD, antara lain  bursa fabricius membengkak, meradang yang selanjutnya mengalami atrofi (ukuran mengecil) apabila penyakit berjalan kronis. Ayam menggigil, gemetar, napsu makan hilang, inkoordinasi, lemah dan mati.
            Sebagai akibat kerusakan bursa fabricius maka ayam penderita akan mengalami penurunan kemampuan menghasilkan antibodi (immunocompetence) yang akan berakibat terjadinya kegagalan vaksinasi ND, Marek’s’s dan lain-lain. Flok yang unggas yang terserang IBD menjadi lebih peka terhadap infeksi penyakit-penyakit lain, seperti   Coccidiosis, ND, Marek’s’s, Salmonellosis dan Pasteurellosis.

Etiologi          
            Penyakit IBD disebabkan oleh virus RNA dengan famili Birnaviridae dan genus Birnavirus. Virus ini memiliki ketahanan yang cukup tinggi. Pada temperatur 56oC tetap hidup sampai 5 jam, akan tetapi akan mati pada temperatur 70oC dalam waktu 30 menit. Virus IBD tetap infeksius selama 2 bulan dalam bahan pakan. Virus tetap tahan terhadap desinfektan, berupa  phenol, eter, chloroform. Tetapi peka terhadap formalin 5% atau chloramine 5% minimal selama 10 menit dan yodium. Virus tahan terhadap pH rendah dan enzim tripsin.
            Virus bersifat limfosidal, karena  sering menyerang organ-organ penghasil limfosit, antara lain  bursa fabricius, lien, seka tonsil dan thymus. Sel-sel limfosit b dalam bursa fabricius rusak. Bursa mengalami edema dan terjadi infiltrasi sel-sel heterofil
            Morbiditas mencapai 30%, mortalitas umumnya mencapai 20%. Angka morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain : Kondisi tubuh, pakan, iklim, strain dan  adanya maternal antibodi. IBD menyerang lebih hebat pada strain Leghorn daripada Broiler.
Cara Penularan
            Penularan penyakit IBD bisa secara langsung melalui kontak antara ayam penderita dengan ayam peka, secara oral dan aerogenous. Penularan bisa juga secara mekanis melalui tinja, makanan, minuman dan alat-alat serta pakaian yang tecemar. Antara 3 sampai dengan 4 hari setelah infeksi ayam akan sakit dan mati.

Gejala klinis   
            Gejala klinis yang terlihat pada unggas penderita IBD, antara lain adalah masa inkubasi penyakit berlangsung antara 3 – 4 hari. Terjadi kelemahan, dehidrasi, inkoordinasi, merejan, kadang bulu sekitar anus kotor, peradangan sekitar kloaca, diare yang kadang disertai darah, gemetar, napsu makan hilang, yang selanjutnya akan diikuti kematian.
Kelainan Pasca Mati
            Perubahan pasca mati pada penderita IBD, antara lain  (1) pembengkakan bursa fabricius hingga dua kali ukuran normal sampai hari ke lima, selanjutnya setelah lewat hari ke – 8, bursa fabricius mengecil (atrophi), (2) ginjal membengkak dengan ureter berisi asam urat (3) perdarahan pada otot terutama otot pektoral dan mungkin pada perbatasan antara proventriculus dengan ventriculus (gizzard).

Pencegahan
            Upaya pencegahan terhadap penyakit  Gumboro sudah tentu melalui program vaksinasi.  Guna mendapatkan kekebalan dari induk yang tinggi sehingga akan menurun kepada anak keturunannya, maka pada peternakan pembibit petelur diperlukan vaksinasi pertama  dengan vaksin aktif pada umur 12 minggu. Vaksinasi ke dua dilakukan pada umur 20 minggu dengan vaksin inaktif.
            Ayam petelur dan ayam broiler perlu divaksin pada saat umur 3 – 4 minggu dengan vaksin aktif. Vaksin untuk Gumboro yang berkualitas memiliki beberapa sifat, antara lain memiliki kekebalan silang terhadap strain-strain virus Gumboro yang lain, tidak merusak bursa fabricius pada anak ayam dan tidak menghambat kekebalan terhadap penyakit lain, vaksin bersifat murni, bebas dari kontaminasi agen infeksi patogen.  
Pengendalian
            Upaya-upaya pengendalian yang penting dilaksanakan, antara lain  (1) kandang bekas penderita Gumboro dikosongkan sementara. Semua peralatan, alas kandang, sisa pakan yang mungkin terkontaminasi segera dimusnahkan (2) meminimalkan faktor-faktor penyebab stres di kandang brooder, terutama perbaikan ventilasi dan menghindari kepadatan yang berlebihan (3) mencegah stres dengan suplementasi vitamin-vitamin, terutama vitamin C, E dan asam amino (4) perhatian yang besar terhadap temperatur di kandang brooder, trutama saat umur kritis, antara 2 – 5 minggu.

3. Penyakit Marek’s
            Penyakit Marek’s (Marek’s Disease) merupakan penyakit yang sangat infeksius yang disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai herpesvirus, dengan subfamili Gamma herpesvirinae. Virus ini bertanggung jawab terhadap pembentukan tumor syaraf (neural) dan organ dalam (visceral). Virus bersifat immunosupressif, sehingga ayam yang terkena akan peka terhadap penyakit infeksi lain oleh virus lain atau bakteri.

Etiologi
            Virus penyebab penyakit Marek’s memiliki ketahanan hidup yang tinggi, di litter bisa tahan minimal 16 minggu, dalan debu kandang dengan suhu 20 – 250C tahan beberapa bulan. Di kandang tertular, dalam sisik kulit ayam yang terlepas dapat tahan sampai 50 hari. Virus tidak tahan terhadap asam dan basa, mati pada pH < 6 dan > 8. Virus penyebab Marek’s peka terhadap beberapa disinfektan, antara lain : kombinasi formalin dengan senyawa iodine, namun pemberian gas formalin secara sendiri tidak cukup efisien sebagai disinfektan.
            Ditemukan tiga galur virus, antara lain galur yang apatogen, yang tidak menimbulkan gejala, galur visceral, yang menyebabkan tumor pada organ-organ visceral dan galur syaraf/klasik, yang menimbulkan gejala syaraf.
Kerugian
            Penyakit Marek’s menyebabkan kerugian ekonomis, terutama berupa kematian ternak, penurunan produksi telur dan penurunan produksi karkas.
Hewan Peka 
            Ternak yang peka terhadap penyakit Marek’s, antara lain  ayam, kalkun, puyuh dan bebek.
Cara Penularan
            Pada hari ke 14 setelah  infeksi, ayam penderita akan membebaskan virus ke kandang. Sehingga debu kandang mengandung virus dan virus mengkontaminasi alat-alat di dalam kandang. Virus bisa berada di dalam epithel (sisik) kulit kantung bulu yang terlepas dan ayam lain akan tertular apabila memakan epithel tersebut.  Penularan juga bisa terjadi melalui pernapasan dengan cara inhalasi debu yang mengandung virus. Penularan antar ternak sekandang (horisontal) terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penularan secara tidak langsung bisa melalui tinja atau kumbang sebagai vektor. Kumbang yang berperan sebagai vektor yaitu Alphitobius diaperinus. Penularan secara vertikal (dari induk kepada keturunannya atau transovarial) tidak terjadi di sini.
            Virus ada di dalam darah (viremia) penderita kira-kira pada hari ke-4 setelah infeksi. Antibodi akan terdeteksi kira-kira 2 – 3 minggu. Hari ke-14 setelah infeksi virus akan dibebaskan dari penderita, sehingga 8 minggu setelah infeksi ayam satu flok akan terinfeksi.
            Masa inkubasi, gejala klinis, keadaan lesi, tingkat mortalitas dan morbiditas sangat tergantung kepada beberapa faktor, antara lain : virulensi dari virus, dosis infeksi, genetik dan umur ayam. Ayam pada minggu pertama kehidupan sangat peka dan yang betina lebih peka daripada pejantan. Antibodi maternal, infeksi lain dan faktor-faktor lingkungan, seperti stres akan menyokong serangan penyakit Marek’s.
Gejala Klinis 
            Gejala-gejala klinis yang bisa diamati pada penderita Marek’s, antara lain adalah (1) paresis, paralisis alat gerak dan tumor pada organ-organ visceral, syaraf dan kulit. Pada Marek’s’s klasik, kelemahan alat gerak menyebabkan sayap terkulai dan kelumpuhan kaki. Apabila syaraf pada leher diserang maka akan terlihat gejala torticalis, apabila syaraf vagus dan intercostalis yang diserang, maka terlihat gejala gangguan napas, apabila syaraf pencernaan yang diserang, maka gejala mencret akan terlihat (2) kehilangan warna pada iris dan perubahan bentuk pupil mungkin terlihat (3) tumor pada organ-organ visceral dan kulit terjadi pada ayam umur < 16 minggu. Ayam yang berumur> 16 minggu terlihat tumor terjadi pada bursa fabricius.
           
Perubahan Pasca Mati
            Perubahan pasca mati yang bisa diamati pada unggas penderita Marek’s antara lain (1) pada bentuk syaraf, ditemukan syaraf-syaraf (nervus-nervus/n), seperti   n. Vagus, n. Mesentericus, n. Intercostalis dan plexus-plexus, seperti  plexus ischiadicus dan plexus
brachialis terlihat membulat dan membesar, kelabu kekuningan, bersifat unilateral atau bilateral (2) pada bentuk visceral, maka terlihat benjolan-benjolan atau tumor pada  indung telur, hati, limpa, pankreas, jantung, paru-paru, proventrikulus, ginjal dan usus. Warna organ menjadi putih kelabu dengan bidang sayatan keras dan kering. Bursa fabricius mengalami atrofi.  Kejadian Marek’s yang banyak ditemukan adalah bentuk visceral daripada bentuk syaraf.
Pencegahan
            Tindakan pencegahan terhadap penyakit Marek’s adalah melalui program vaksinasi. Vaksinasi dilakukan terhadap anak ayam yang baru menetas atau DOC. Di pasaran tersedia dua macam vaksin Marek’s, yaitu bentuk basah (cell- associated) dan bentuk kering (cell free).
            Berdasarkan serotipe virus yang terkandung, terdapat tiga kelompok vaksin Marek’s, yang dapat digunakan secara tunggal atau dengan sistem kombinasi. Tiga kelompok tersebut, antara lain (1) vaksin Marek’s’s serotipe 1, terdiri dari 3 jenis, yaitu : virulen, setengah virulen dan sangat ganas. Contoh strain virulen adalah strain HPRS-16, strain yang setengah virulen, misalnya : strain CVI-988, sedangkan yang sangat virulen dibuat dari strain vv-MDV. Strain vv-MDV ini memiliki kemampuan mencegah serangan penyakit Marek’s’s yang virulen maupun sangat virulen (2) vaksin Marek’s’s serotipe 2, yang dibuat dari strain virus Marek’s’s yang non patogen, yang secara normal dapat diisolasi dari peternakan-peternakan ayam. Strain virus Marek’s’s non patogen yang sering digunakan untuk pembuatan virus adalah strain SB-1, dikenal pula strain lain, yaitu 301B/I (3) vaksin Marek’s’s serotipe 3, dibuat dari virus herpes yang diisolasi dari kalkun. Salah satu strain yang digunakan untuk pembuatan vaksin adalah FC-126, yang bisa mencegah serangan penyakit Marek’s’s dari virus yang virulen (v-MDV), namun tidak efektif mencegah serangan penyakit marek’s’s dari vv-MDV yang jauh lebih ganas.
Cara menggunakan vaksin penting untuk diketahui, karena sangat bervariasi tergantung produsen vaksin dan hal ini menentukan keberhasilan vaksinasi. Vaksin basah, yaitu  vaksin yang disimpan dalam alat penyimpan vaksin yang berisi nitrogen cair dengan suhu rendah. Cara penggunaan vaksin basah adalah vaksin dikeluarkan dari alat penyimpan vaksin (ampul), dengan hati-hati injeksikan ke dalam pelarut, sebagian dari pelarut perlu dimasukkan ke dalam alat suntik dan digunakan untuk membilas ampul.  Vaksin kering, yaitu vaksin yang sebelum digunakan,  vaksin disimpan dalam kulkas, karena botol berisi virus maupun pelarut harus selalu dingin. Route pemberian vaksin adalah di bawah kulit leher. Setiap selesai melakukan vaksinasi maka alat suntik harus dicuci dengan desinfektan dan bekas botol vaksin harus dibakar dan dikubur dalam tanah.
Pengobatan
            Tidak ada pengobatan pada ayam penderita Marek’s, penderita harus dimusnahkan dan bangkainya dibakar. 

Untuk lebih lengkapny dapat dilihat pada link
 atau


BUILDING SUCCESS = BUILDING HOME

"Sebagai anak muda, untuk mendaptkan hasil yg berbeda kita harus berubah.
perubahan datang bukan dari luar tapi prubahan itu datang dari dalam.
Jadilah sosok muda yang mandiri :)"
(Bobit Kowanus Utomo, 2011)