INFO PENGETAHUAN
by
SCOOTER BOB
BAHASAN MENGENAI INSEMINASI BUATAN
Selengkapnya dapat lihat LINK
atau
Balai Inseminasi Buatan Lembang
Kab. Bandung, Jawa Barat
DATA UMUM PENGELOLA
Nama Pengelola Dinas Peternakan Jawa Barat
Alamat Kantor Jl. Ir. H. Juanda
Dago Atas Bandung
DATA UMUM OBYEK WISATA AGRO
Nama Obyek Wisata Agro Balai Inseminasi Buatan
Nama Lokasi Lembang
Kabupaten Terdekat Bandung
Provinsi Jawa Barat
Jarak Lokasi ke Kota Kabupaten
Sarana Transportasi dari Ibukota Kabupaten ke Lokasi Bus/angkutan darat
Jarak Lokasi ke Ibukota Provinsi Bandung - km
Sarana Transportasi dari Ibu Kota propinsi ke Lokasi Bus / angkutan darat
Jarak Lokasi ke Jakarta Jakarta - km
Sarana transportasi dari Jakarta Bus / angkutan darat
DATA DASAR OBYEK WISATA AGRO
LAHAN
Luas 80 ha (ranch)
FASILITAS
Pendukung
Penginapan tersedia
Telekomunikasi tersedia
Tempat ibadah Mesjid
Tarif Kunjungan gratis
POTENSI DAN PROSPEK
Daya Tarik bagi Wisatawan Domestik ranch sapi impor
Daya Tarik bagi Wisatawan Domestik lingkungan pegunungan dengan
hawa segar
Jumlah Kunjungan wisatawan
dalam 2 tahun terakhir - orang (domestik), - orang
(mancanegara)
Sejarah dan Perkembangan Inseminasi Buatan di Indonesia
Inseminasi buatan (IB) diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada permulaan tahun 1950-an oleh Profesor B. Seit dari Denmark di Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam rangka Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI) pada tahun-tahun berikutnya didirikanlah stasiun inseminasi buatan di daerah-daerah terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Fakultas Kedokteran Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan dapat dikatakan berfungsi sebagai pusat IB yang melayani peternak di daerah Bogor dan sekitarnya. aktivitas dan pelayanan IB oleh stasiun-stasiun inseminasi tersebut bersifat hilang timbul dan mengurangi, kalau tidak menghilangkan kepercayaan rakyat terhadap keuntungan-keuntungan IB.
Kegiatan IB di Jawa Tengah mulai dilaksanakan pada tahun 1953 dan dilaksanakan oleh dua balai yaitu Balai Pembenihan Ternak di Mirit kabupaten Kebumen. Balai satu lagi ada si Sidomulyo, kecamatan Ungaran, kabupaten Semarang. Tujuan kegiatan IB yang dilaksanakan oleh Balai Pembenihan Ternak Mirit adalah intensifikasi Ongolisasi dengan menggunakan pejantan Sumba Ongole (SO). Sedangkan kegiatan di Ungaran adalah menciptakan suatu tipe ternak serbaguna terutama peningkatan produksi susu dengan menggunakan pejantan Frisian Holstein (FH). Ternyata Balai Pembenihan Ternak Mirit tidak berhasil menjalankan fungsinya, sama seperti Balai Pembenihan ternak di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Yang tetap bertahan hanyalah Balai Pembenihan Ternak Ungaran yang pada tahun 1970 berubah nama menjadi Balai Inseminasi Buatan Ungaran.
Balai IB yang tertua di Indonesia dan masih bertahan sampai sekarang adalah Balai Inseminasi Buatan Ungaran, Jawa Tengah. Berdirinya Balai IB Ungaran ini menjadi cikal bakal perkembangan IB sampai ke daerah-daerah di Indonesia. Pada awalnya kegiatan pelayanan IB hanya berkisar di sekitar Ungaran, tetapi lambat laun perkembangan IB meliputi daerah-daerah di sepanjang jalur susu Semarang-Solo dan Tegal. Perkembangan IB yang pesat ini didukung oleh penggunaan semen beku, sehingga IB di Jawa Tengah tidak terbatas pada sapi perah tetapi juga sapi potong.
Selanjutnya pada tahun 1969, IB mulai diperkenalkan ke daerah-daerah lain di Indonesia. Fakultas Kedokteran Hewan IPB melalui Departemen Fisiopatologi reproduksi telah mengintrodusir IB di daerah Pengalengan Bandung Selatan dengan “calf show” yang pertama kali dalam sejarah perkembangan IB di Indonesia.
Pemasukan semen beku ke Indonesia pada permulaan tahun 1973 telah membantu menggalakkan IB. semen beku telah digunakan dalam IB pada sapi perah maupun sapi potong. Dalam usaha mengintrodusir penggunaan semen beku dalam IB dan menyebarluaskan bibit-bibit unggul sapi potong ke daerah Indonesia Timur maka dilaksanakan kursus IB dan didirikan pusat IB di Sulawesi Selatan (ujung Pandang) dan NTT (Kupang). Kemudian diperkenalkan pula IB di Sulawesi Tenggara, bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Direktorat Bina Produksi, Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, teknik IB telah diterapkan di 13 Propinsi di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi selatan dan Kalimantan Selatan.
Gairah masyarakat akan IB telah berkembang pesat, untuk itu dalam memenuhi permintaan terutama penyediaan semen beku maka pemerintah mendirikan satu pusat IB di lembang Jawa Barat dan Balai Inseminasi Buatan (BIB) di Wonocolo Surabaya sebagai sentra pengembangan bioteknologi IB di Jawa Timur dengan salah satu kegiatannya adalah memproduksi semen cair untuk melayani Inseminasi di Surabaya, Malang, Pasuruan dan Sidoarjo. Tahun 1975 kegiatan produksi semen beku, dan tahun 1982 produksi semen beku dipindahkan ke Singosari dan selanjutnya berkembang menjadi BIB Singosari dan sentra IB Jawa Timur hanya sebagai regulator pelaksanaan IB di Jawa Timur.
Hasil IB di Jawa yang dilaksanakan sejak 1972-1974 kemudian dilakukan survey evaluasi kegiatan IB sapi tersebut oleh Direktorat Jenderal Peternakan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran Bandung. Hasilnya adalah persentase konsepsi yang dicapai selama 2 tahun terakhir khususnya dengan semen beku eks impor masih sangat rendah yaitu 21,30-38,92 % untuk inseminasi pertama dibandingkan dengan 60-70% di negara-negara maju. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa titik berat ketidakberesan tidak terletak pada kualitas semen (bibit) pejantan, tidak juga pada keterampilan peternak atau inseminator, melainkan sebagian besar terletak pada ketidaksuburan ternak-ternak betina itu sendiri.
Ketidaksuburan atau kemajiran sapi-sapi betina tersebut belum banyak diteliti, tetapi besar kemungkinan besar disebabkan oleh kekurangan makanan yang menyolok, kelainan fisiologik anatomik dan kelainan patologik saluran kelamin betina dan merajalelanya penyakit kelamin menular.
Perkembangan IB saat sekarang tersebar di seluruh Indonesia, hal ini dikarenakan masyarakat telah menyadari arti dan manfaat IB untuk meningkatkan produktivitas ternaknya. Menyadari arti penting IB tersebut maka hampir setiap daerah propinsi di Indonesia melalui Dinas Peternakan/Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mendirikan Balai Inseminasi Buatan atau UPT Inseminasi Buatan.
Bahan Bacaan:
- Mozes R. Toelihere. Inseminasi Buatan Pada Ternak
- Salisbury G.W., N.L. Vandemark dan R. Djanuar. Fisiologi dan Inseminasi
Buatan Pada Sapi.
- Dan dari berbagai sumber.
Benih Unggul Mutu Tinggi: BIB Lembang Setia Sejak 1976 Dipercaya karena Kualitas dan Pengalaman
Keuntungan Menggunakan Semen Beku BIB Lembang
- Dibuat sejak tahun 1976 sampai dengan sekarang.
- Menggunakan Teknologi Perancis (IMV France) yang diadopsi dari New Zealand.
- Proses pembuatannya sesuai SNI tahun 2005.
- Diproses oleh tenaga ahli yang terdidik dalam/luar negeri.
- Pejantan yang diambil spermanya terjamin kualitas dan kuantitasnya kerena didatangkan dari negara Australia dan Indonesia.
- Proses produksi semen menggunakan peralatan yang canggih dan modern sesuai dengan standar internasional.
- Menggunakan pengencer kuning telur dan Skim Milk dengan beberapa kelebihannya antara lain; a) Mudah didapat/tersedia di tingkat lokal, b) Jenis pengencer semen pertama di Indonesia dan masih terjaga kehandalannya, c) Daya hidup sperma relatif stabil dan fluktuasi suhu penyimpanan, d) Sesuai kondisi pelaksanaan IB di Indonesia, e) Pengencer semen dengan Skim Milk membuat IB terasa mantap, f) Disukai petugas inseminasi.
Historical Background
Lembang Artificial Insemination Center (LAIC) was established in 1975 and officially launched by Mr. Toyib Hadiwidjaja, Minister of Agriculture of Republic of Indonesia along with Mr. HON BE Talboys, New Zealand Prime Minister, on April 3rd, 1976.
As the first AI Center in Indonesia, LAIC has main task to produce and to distribute frozen semen of superior livestock such as dairy cattle and beef cattle in order to fulfill semen required for AI servicing in Indonesia.
Up to now, LAIC has been producing more than 20 million doses frozen semen, which has been distributing to AI servicing areas in Indonesia.
Vision and Mission
VISION
LAIC becomes the best producer of livestock's frozen semen to fulfill the requirement for AI servicing in the field with appropriate sort, right time, and correct quantity, and ready to compete in globalization era 2010.
MISSION
- To produce frozen semen of superior livestock (dairy and beef cattle, goat, and sheep).
- To accommodate National AI Centers and Regional AI Centers with superior young replacement bulls.
- To distribute and sell superior frozen semen and replacement bulls.
- To increase non-tax national income.
- To increase the ability and skills of field AI operators (inseminators, frozen semen handlers, gestation inspectors, etc.)
- To increase and develop the ability and skill of member of laboratory staff on very latest technology through related training and education in Indonesia or abroad.
- To preserve and use wisely nature local breed, and to propose superior bulls through performance and progeny testing.
- To encourage job opportunities from AI activities.
Main Task and Function
MAIN TASK
To produce and distribute frozen semen of superior livestock and to develop implementation of AI technique and services.
FUNCTION
- Keeping superior bulls.
- Testing bull's fertility and his offspring/descendants.
- Producing and keeping frozen semen of superior livestock.
- Recording and monitoring the application of frozen semen and supervising quality of semen in the field.
- Developing technique of frozen semen production.
- Providing technical advice for frozen semen production.
- Providing technical services for cattle bulls care.
- Providing technical services for frozen semen production.
- Giving information and documentation on the AI progress.
- Distributing and selling superior frozen semen.
- Testing medical and diagnosing cattle diseases.
- Managing administration and house matters.
Organitation Structure
Based on the Indonesian Minister Of Agriculture Decree No. 287/Kpts/OT.210/4/2002 dated April 16th, 2002, Organization structure of LAIC is:
Group Of Functional Officer:
Officer Supervisor of Livestock Seeds Quality
Medical Veterinarian and Paramedival Veterinarian
Official Supervisor of Feed Quality
Official Veterinarian
Human Resources
Rinht now LAIC is handled by 88 workers and staffs the are groupe into Structural Afficials, Functional Officials, regular and no-regular workers
1. 88 officers
- PNS/CPNS (82 persons)
- Regular Workers (2 persons)
- Non-regular Workers (4 persons)
2. HR based on education:
- Master's Degree (2 persons)
- Veterinarian (8 persons)
- Undergraduate Degree on Animal Husbandry (7 persons)
- Diploma (6 persons)
- Others (65 persons)
3. Structural Officers (5 persons):
- Head Officer
- Chief of Sub Division.
- Chief of Section
4. Functional Officers (34 persons)
- 22 Official Supervisors of Livestock Seeds Quality.
- 8 Medic Veterinarians and Paramedic Veterinarians
- 4 Official Supervisors of Feed Quality
A. Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya.Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB, dan setelah itu tidak lagi ditemukan catatan mengenai pelaksanaan IB atau penelitian ke arah pengunaan teknik tersebut.
Tiga abad kemudian, barulah ada pengamatan kembali tentang reproduksi. Tepatnya pada tahun 1677, Anthony van Leeuwenhoek sarjana Belanda penemu mikroskop dan muridnya Johan amm merupakan orang pertama yang melihat sel kelamin jantan dengan mikroskop buatannya sendiri. Mereka menyebut sel kelamin jantan yang tak terhitung jumlahnya tersebut animalcules atau animalculae yang berarti jasad renik yang mempunyai daya gerak maju progresif. Di kemudian hari sel kelamin jantan tersebut dikenal dengan spermatozoatozoa. Pada tahun berikutnya, 1678, seorang dokter dan anatomi Belanda, Reijnier (Regner) de Graaf, menemukan folikel pada ovarium kelinci.
Penelitian ilmiah pertama dalam bidang inseminasi buatan pada hewan piarann dialkukan oleh ahli fisiologi dan anatomi terkenal Italia, yaitu Lazzaro Spallanzani pada tahun 1780. Dia berhasil menginseminasi amphibia, yang kemudian memutuskan untuk melakukan percobaan pada anjing. Anjing yang dipelihara di rumahnya setelah muncul tanda-tanda birahi dilakukan inseminasi dengan semen yang dideposisikan langsung ke dalam uterus dengan sebuah spuit lancip. Enam puluh hari setelah inseminasi, induk anjing tersebut melahirkan anak tiga yang kesemuanya mirip dengan induk dan jantan uang dipakai semennya. Dua tahun kemudian (1782) penelitian spallanzani tersebut diulangi oleh P. Rossi dengan hasil yang memuaskan. Semua percobaan ini membuktikan bahwa kebuntingan dapat terjadi dengan mengunakan inseminasi dan menghasilkan keturunan normal.
Spallanzani juga membuktikan bahwa daya membuahi semen terletak pada spermatozoatozoa, bukan pada cairan semen. Dia membuktikannya dengan menyaring semen yang baru ditampung. Cairan yang tertinggal diatas filter mempunyai daya fertilisasi tinggi. Peneliti yang sama pada tahun 1803, menyumbangkan pengetahuannya mengenai pengaruh pendinginan terhadap perpanjangan hidup spermatozoatozoa. Dia mengamati bahwa semen kuda yang dibekukan dalam salju atau hawa dimusim dingin tidak selamanya membunuh spermatozoatozoa tetapi mempertahankannya dalam keadaaan tidak bergerak sampai dikenai panas dan setelah itu tetap bergerak selama tujuh setengah jam. Hasil penemuannya mengilhami peneliti lain untuk lebih mengadakan penelitian yang mendalam terhadap sel-sel kelamin dan fisiologi pembuahan. Dengan jasa yang ditanamkannya kemudian masyarakat memberikan gelar kehormatan kepada dia sebagai Bapak Inseminasi.
Perkenalan pertama IB pada peternakan kuda di Eropa, dilakukan oleh seorang dokter hewan Perancis, Repiquet (1890). Dia menasehatkan pemakaian teknik tersebut sebagai suatu cara untuk mengatasi kemajiran. Hasil yang diperoleh masih kurang memuaskan, masih banyak dilakukan penelitian untuk mengatasinya, salah satu usaha mengatasi kegagalan itu, Prof. Hoffman dari Stuttgart, Jerman, menganjurkan agar dilakukan IB setelah perkawinan alam. Caranya vagina kuda yang telah dikawinkan dikuakkan dan dengan spuit diambil semennya. Semen dicampur dengan susu sapi dan kembali diinsemiasikan pada uterus hewan tersebut. Namun diakui cara ini kurang praktis untuk dilaksanakan.
Pada tahun 1902, Sand dan Stribold dari Denmark , berhasil memperoleh empat konsepsi dari delapan kuda betina yang di IB. Mereka menganjurkan IB sebagai suatu cara yang ekonomis dalam pengunaan dan penyebaran semen dari kuda jantan yang berharga dan memajukan peternakan pada umumnya.
Penanganan IB secara serius dilakukan di Rusia, sebagai usaha untuk memajukan peternakan. Peneliti dan pelopor terkemuka dalam bidang IB di Rusia adalah Elia I. Ivannoff. Tahun 1899 ia diminta Direktur Peternakan Kuda Kerjaaan Rusia, untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan pemakaian IB. Dan dialah orang pertama yang berhasil melakukan IB pada sapi dan domba.
Hasil spektakuler dan sukses terbesar yang diperoleh adalah di Askaniya-Nova (1912) yang berhasil menghasilkan 31 konsepesi yang 39 kuda yang di IB, sedang dengan perkawinan alam hanya diperoleh 10 konsepsi dari 23 kuda yang di IB. Tahun 1914, Geuseppe amantea Guru Besar fisiologi manusia di Roma, banyak mengadakan penelitian tentang spermatozoatologi, dengan hewan percobaan anjing, burung merpati dan ayam. Kemudian dia berhasil membuat vagina buatan pertama untuk anjing. Berdasar penemuan ini banyak peneliti lain membuat vagina buatan untuk sapi, kuda dan domba. Tahun 1926, Roemelle membuat yang pertama kali membuat vagina buatan untuk sapi, dan orang pertama yang membuat vagina buatan untuk domba dan kambing adalah Fred F. Mckenzie (Amerika Serikat) pada tahun 1931. Pada tahun 1938 Prof. Enos J. Perry mendirikan koperasi IB pertama di Amerika Serikat yang terletak di New Jersey.
Kemajuan pesat dibidang IB, sangat dipercepat dengan adanya penemuan teknologi pembekuan semen sapi yang disposori oleh C. Polge, A.U. Smith dan A.S. Parkes dari Inggris pada tahun 1949. Mereka berhasil menyimpan semen untuk waktu panjang dengan membekukan sampai -79 0C dengan mengunakan CO2 pada (dry ice) sebagai pembeku dan gliserol sebagai pengawet. Pembekuan ini disempurnakan lagi, dengan dipergunakannya nitrogen cair sebagai bahan pembeku, yang menghasilkan daya simpan yang lebih lama dan lebih praktis, dengan suhu penyimpanan -169 0C.
B. Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan di Indonesia
Inseminasi Buatan pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun limapuluhan oleh Prof. B. Seit dari Denmark di Fakultas Hewan dan Lembaga Penelitian Peternakan Bogor. Dalam rangka rencana kesejahteraan istimewa (RKI) didirikanlah beberpa satsiun IB di beberapa daerah di awa Tenggah (Ungaran dan Mirit/Kedu Selatan), Jawa Timur (Pakong dan Grati), Jawa Barat (Cikole/Sukabumi) dan Bali (Baturati). Juga FKH dan LPP Bogor, difungsikan sebagai stasiun IB untuk melayani daerah Bogor dan sekitarnya, Aktivitas dan pelayanan IB waktu itu bersifat hilang, timbul sehingga dapat mengurangi kepercayaan masyarakat.
Pada tahun 1959 dan tahun-tahun berikutnya, perkembangan dan aplikasi IB untuk daerah Bogor dan sekitranya dilakukan FKH IPB, masih mengikuti jejak B. Seit yaitu penggunaan semen cair umtuk memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah. Pada waktu itu belum terfikirkan untuk sapi potong. Menjelang tahun 1965, keungan negara sangat memburuk, karena situasi ekonomi dan politik yang tidak menguntungkan, sehingga kegiatan IB hampir-hampir tidak ada. Stasiun IB yang telah didirikan di enam tempay dalam RKI, hanya Ungaran yang masih bertahan.
Di Jawa Tenggah kedua Balai Pembenihan Ternak yang ditunjuk, melaksanakan kegiatan IB sejak tahun1953, dengan tujuan intensifikasi onggolisasi untuk Mirit dengan semen Sumba Ongole (SO) dan kegiatan di Ungaran bertujuan menciptakan ternak serba guna, terutama produksi susu dengan pejantan Frisien Holstein (FH). Ternyata nasib Balai Pembibitan Ternak kurang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik, kecuali Balai Pembibitan Ternak Ungaran, dan tahun1970 balai ini diubah namanya menjadi Balai Inseminasi Buatan Ungaran, dengan daerah pelayanan samapi sekarang di daerah jalur susu Semarang – Solo – Tegal.
Inseminasi buatan telah pula digalakkan atau diperkenalkan oleh FKH IPB, di daerah Pengalengan, Bandung Selatan, bahkan pernah pula dilakukan pameran pedet (Calf Show) pertama hasil IB. Kemajuan tersebut disebabkan adanya sarana penunjang di daerah tersebut yaitu 1) rakyat pemelihara sapi telah mengenal tanda-tanda berahi dengan baik, 2) rakyat telah tahu dengan pasti bahwa peningkatan mutu ternak melalui IB merupakan jalan yang sesingkat-singkatnya menuju produksi tinggi, 3) pengiriman semen cair dari Bogor ke Pengalengan dapat memenuhi permintaan, sehingga perbaikan mutu genetik ternak segera dapat terlihat.
Hasil-hasil perbaikan mutu genetik ternak di Pengalengan cukup dapat memberi harapan kepda rakyat setempat. Namun sayangnya peningkatan produksi tidak diikuti oleh peningkatan penampungan produksi itu sendiri. Susu sapi umumnya dikonsumsi rakyat setempat. Akibatnya produsen susu menjadi lesu, sehingga perkembangan IB di Pangalengan sampai tahun 1970, mengalami kemunduran akibat munculnya industri-industri susu bubuk yang menggunakan susu bubuk impor sebagai bahan bakunya.
Kekurang berhasilan program IB antara tahun 1960-1970, banyak disebabkan karena semen yang digunakan semen cair, dengan masa simpan terbatas dan perlu adanya alat simpan sehingga sangat sulit pelaksanaanya di lapangan. Disamping itu kondisi perekonomian saat itu sangat kritis sehingga pembangunan bidang peternakan kurang dapat perhatian.
Dengan adanya program pemerintah yang berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dimulai tahun 1969, maka bidang peternakan pun ikut dibangun. Tersedianya dana dan fasilitas pemerintah akan sangat menunjang peternakan di Indonesia, termasuk program IB. Pada awal tahun 1973 pemerintah measukan semen beku ke Indonesia. Dengan adanya semen beku inilah perkembangan IB mulai maju dengan pesat, sehingga hampir menjangkau seluruh provinsi di Indonesia .
Semen beku yang digunkan selema ini merupakan pemberian gratis pemerintah Inggris dansSelandia Baru. Selanjutnya pada tahun 1976 pemerintah Selandia Baru membantu mendirikan Balai Inseminasi Buatan, dengan spesialisasi memproduksi semen beku yang terletak di daerah Lembang Jawa Barat. Setahun kemudian didirikan pula pabrik semen beku kedua yakni di Wonocolo Suranaya yang perkembangan berikutnya dipindahkan ke Singosari Malang Jawa Timur.
Untuk kerbau pernah pula dilakukan IB, yakni di daerah Serang, Banten, dengan IPB sebagai pelaksana dan Dirjen Peternakan sebagai sponsornya (1978). Namun perkembangannya kurang memuaskan karena dukungan sponsor yang kurang menunjang, disamping reproduksi kerbau belum banyak diketahui. IB pada kerbau pernah juga diperkenalakan di Tanah Toraja Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara dan Jawa Timur.
Hasil evaluasi pelaksanaan IB di Jawa, tahun 1972-1974, yang dilaksanakan tahun 1974, menunjukan anka konsepsi yang dicapai selama dua tahun tersebut sangat rendah yaitu antara 21,3 – 38,92 persen. Dari survei ini disimpulkan juga bahwa titik lemah pelaksaan IB, tidak terletak pada kualitas semen, tidak pula pada keterampilan inseminator, melainkan sebagian besar terletak pada ketidak suburan ternak-ternak betina itu sendiri. Ketidak suburan ini banyak disebabkan oleh kekurangan pakan, kelainan fisiologi anatomi dan kelainan patologik alat kelamin betina serta merajalelanya penyakit kelamin menular. Dengan adanya evaluasi terebut maka perlu pula adanya penyemopurnaan bidang organisasi IB, perbaikan sarana, intensifikasi dan perhatian aspek pakan, manajemen, pengendalian penyakit.
C. Tujuan, Keuntungan dan Kerugian Insemiasi Buatan
Yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘.
Tujuan Inseminasi Buatan
a) Memperbaiki mutu genetika ternak;
b) Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya ;
c) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
d) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
e) Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
Keuntungan IB
a) Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b) Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c) Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d) Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
e) Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
f) Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
g) Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kerugian IB
a) Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
b) Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
c) Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
d) Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
Pustaka:
Bearden, HJ and Fuquay JW, 1984. Applied Animal Reproduction. 2ndEdition. Reston Publishing Company, Inc. A Prentice-Hall Company. Reston. Virginia.
Evans G and MaxwelI WMC, 1987. Salamon’s Artificial Insemination of Sheep and Goats. Butterworths. Sydney.
Foote RH, 1980. Artificial Insemination. In Reproduction in Farm Animal 4thEdition. Hafez, E.S.E. (Ed.). Lea and Febiger. Philadelpia.
Hafez ESE, 1993. Reproduction in Farm Animai. 6th Edition. Lea and Febiger. Philadelpia
Salisbury, G.W dan N.L. Vandemark, 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan Pada Sapi, diterjemahkan R. Djanuar, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Toelihere MR, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
—————–, 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung
GET THE BEST
BE THE BEST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar