Wabah Flu babi (H1N1)
Setelah wabah flu burung yang melanda dunia sejak tahun 2004 dan sampai sekarang masih bersifat endemik di beberapa negara termasuk Indonesia, dunia kembali dikejutkan dengan munculnya flu babi setelah sekian lama tidak pernah ditemukan. Berawal dari Meksiko yang melaporkan warganya terinfeksi flu babi dan sampai saat ini dalam waktu tidak terlalu lama mengakibatkan kematian sekitar 152 orang, 20 orang dinyatakan positif virus flu babi dan sekitar 1.004 orang tertular virus ini. Kemudian Amerika Serikat juga melaporkan adanya flu babi di Texas dan California yang sudah menewaskan 8 orang warga. Kurang dari sebulan beberapa negara melaporkan telah ditulari oleh virus flu babi, diantaranya Kanada, Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, Korea Selatan, Selandia baru, Australia, Brazil, Kolombia dan Israel. Dengan keadaan yang demikian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan munculnya wabah flu babi telah mengancam akan terjadinya pandemi dengan jumlah korban yang besar terutama manusia, dan meningkatkan level bahaya ke level 4 yaitu mengindikasikan resiko pandemi global sudah di depan mata.
Keadaan ini sangat tidak menguntungkan dan menimbulkan kekhawatiran negara-negara di dunia, tetapi dengan memperhatikan langkah-langkah antisipasi dan pencegahan yang menyeluruh terhadap keluar masuknya orang di pintu-pintu masuk utama seperti bandara-bandara dan pelabuhan laut dapat meminimalisir penyebaran virus. Karakteristik dari penyebab flu babi yang ditemukan di meksiko virus influenza tipe A H1N1 sebenarnya jamak ditemukan di babi, akan tetapi yang dikhawatirkan sekarang ini adalah kemungkinan jenis virus flu babi ini hasil mutasi dari berbagai jenis virus influenza khususnya virus influenza yang berasal dari manusia dan unggas yang mengalami perubahan genetik (mutasi genetik, antigenic shift) pada babi.
Babi merupakan tempat pencampuran (mixing vessel) atau meminjam istilahnya CA Nidom, babi menjadi tempat “koalisi” virus. Hal ini memungkinkan karena dalam tubuh babi terdapat reseptor yang dapat mengikat kedua jenis virus influenza tersebut, reseptor alfa 2,6 sialic acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus influenza unggas. Dengan demikian apabila terjadi percampuran dari berbagai jenis virus influenza dan mengalami mutasi dalam tubuh babi, menurut banyak ahli dapat menghasilkan tipe virus baru dan biasanya bersifat lebih ganas, maka tidak mungkin ancaman pandemik benar-benar akan terjadi dan penularan antarmanusia bukan sesuatu yang mustahil.
Satu hal lain yang perlu diingat bahwa sejak ditemukannya virus flu babi ini, sejarah mencatat kejadian pandemi telah terjadi berulang-ulang dengan siklus 90-100 tahunan, dan diyakini virus ini selalu mengalami mutasi dan adaptasi sebagai kegiatan virus untuk mempertahankan hidupnya, ketika terjadi pandemi dengan kematian tinggi dan apabila orang mampu sembuh dari infeksi tersebut serta memiliki antibodi terhadap virus itu maka keganasan virus mungkin berkurang atau tidak patogen lagi. Tetapi di pihak lain virus tetap berkembang dengan perubahan-perubahan antigenic shift misalnya dan ketika lingkungan mendukung virus akan kembali muncul dan barangkali menyebabkan bahaya pandemi seperti yang ditakutkan sekarang ini.
Flu babi muncul dan menebar peringatan sekaligus ancaman kematian. Akankah siklus pandemik itu akan berulang. Semoga saja tidak.
Probiotik
Tingginya kewaspadaan konsumen terutama di negara-negara maju akan makanan yang dikonsumsi terutama makanan yang berasal dari produk hewani mengilhami para nutritionist menciptakan makanan ternak yang tidak hanya mencukupi kebutuhan nutrisi (energi, asam amino, vitamin, dan mineral) bagi tenak itu sendiri tetapi juga keamanan bagi konsumen terhadap makanan yang dikonsumsi (daging, telur, dan susu).
Penggunaan antibiotik atau antimikrobial sebagai bahan aditif dalam pakan ternak telah berlangsung lebih dari 40 tahun. Senyawa antibiotik tersebut digunakan sebagai growth promotor dalam jumlah yang relatif kecil namun dapat meningkatkan efisiensi pakan (feed efficiency) dan reproduksi ternak sehingga dengan penggunaan bahan aditif tersebut peternak dapat memperoleh keuntungan lebih. Namun, akhir-akhir ini penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan aditif dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena dua faktor utama. Pertama, kemungkinan hadirnya residu dari antibiotik yang akan menjadi racun bagi konsumen, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikro-organisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak (terutama bakteri-bakteri pathogen seperti Salmonella, E. coli dan Clostidium perfrinens). Dilaporkan penggunaan antibiotik pada pakan ternak unggas di North Carolina (Amerika Serikat) mengakibatkan resistensi ternak terhadap Enrofloxacin, merupakan salah satu antibiotik yang direkomendasikan untuk membasmi bakteri Escherichia coli
.
Makanan fungsional
Sebagai pengganti antibiotik nutritionist merekomendasikan peternak menggunakan probiotik sebagai bahan aditif. Probiotik tergolong dalam makanan fungsional, di mana bahan makanan ini mengandung komponen-komponen yang dapat meningkatkan kesehatan ternak dengan cara memanipulasi komposisi bakteri yang ada dalam saluran pencernaan ternak. Berbeda dengan antibiotik, probiotik merupakan mikro-organisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh ternak, sehingga tidak terdapat residu dan tidak terjadinya mutasi pada ternak. Sementara antibiotik merupakan senyawa kimia murni yang mengalami proses penyerapan dalam saluran pencernaan. Di samping probiotik juga terdapat prebiotik. Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat {B(2-1) D fructans} yang tidak dapat dicerna oleh ternak berperut tunggal (monogastric seperti ayam atau babi). Serat tersebut dapat menjadi pemicu untuk peningkatan bakteri yang menguntungkan bagi ternak seperti Lactobacillus dan Bifidobacteria. Sebagai perbandingan organisme yang mengonsumsi karbohidrat bukan berupa serat seperti sukrosa atau pati komposisi bakteria pada saluran pencernaan didominasi oleh bakteri Bacteriodes (72 persen) sementara pemberian makanan berupa serat seperti oligofruktosa atau inulin meningkatkan komposisi Bifidobacteria sampai 81 persen.
Istilah probiotik pertama sekali diperkenalkan oleh Perker (1974) menggambarkan tentang keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan. Pada saat ternak mengalami stres, keseimbangan mikro-organisme dalam saluran pencernaan terganggu, mengakibatkan sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri pathogen berkembang dengan cepat. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikro-organisme dalam sistem pencernaan ternak berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak.
Sebagian besar probiotik yang digunakan sebagai aditif adalah tergolong bakteri termasuk dalam species Lactobacillus (L acidophilus, L lactis, L plantarum) dan Bifidobacterium (B bifidum, B thermophilum), di samping itu terdapat juga bakteri Streptococcus lactis dan jenis fungi seperti Aspergilus niger, Aspergilus oryzue. Manfaat probiotik sebagai bahan aditif ditunjukkan dengan meningkatnya ketersediaan lemak dan protein bagi ternak, di samping itu probiotik juga meningkatkan kandungan vitamin B kompleks melalui fermentasi makanan. Probiotik juga dapat meningkatkan kekebalan (immunity), mencegah alergi makanan dan kanker (colon cancer). Hasil penelitian menunjukkan insiden kanker lambung pada ternak yang diberikan probiotik (Lactobacillus GG) berpengaruh nyata terhadap ternak yang tidak diberikan probiotik. Di mana ternak yang diteliti terlebih dahulu diinjeksi dengan dimethylhydrazine (penyebab kanker).
Metchnikoff (1907) warga negara berkebangsaan Rusia memenangkan hadiah Nobel menarik dunia berkat penemuannya tentang kesehatan makhluk hidup berkaitan dengan mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan. Metchnikoff menyatakan bahwa mikro-organisme yang terdapat pada saluran pencernaan terdiri dari dua jenis, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pemberian yoghurt yang mengandung Lactobasillus bulgaricus (bakteri yang menguntungkan) meningkatkan kesehatan dan harapan hidup seperti terjadi pada penduduk Balkan. Prinsip kerja dari probiotik; bakteri-bakteri probiotik (lactobacillus dan Bifidobacterium) bekerja secara anaerob menghasilkan asam laktat mengakibatkan turunnya pH saluran pencernaan yang menghalangi perkembangan dan pertumbuhan bakteri-bakteri pathogen. Berbeda dengan bakteri pathogen (Escherichia coli) yang mendiami daerah dinding pencernaan untuk mengembangkan penyakit, bakteri-bakteri probiotik mendiami mukosa pencernaan yang juga berakibat perubahan komposisi dari bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan.
Pengaruh probiotik
Penelitian yang berkaitan dengan pemberian probiotik terhadap pakan ternak telah banyak dilakukan. Pemberian Lactobacillus acidophilus pada pakan ternak meningkatkan pertambahan berat badan sapi dan efesiensi makanan, sementara tingkat kematian ternak sapi menurun dari 7,5 persen menjadi 1,5 persen akibat pemberian probiotik. Pada ternak ayam pemberian Lactobacillus meningkatkan pertambahan berat badan 491,3 g/hari dibandingkan dengan kontrol 459,6 g/ hari. Namun, penelitian pada babi pengaruh probiotik baru jelas terlihat apabila ternak tersebut berada dalam kondisi stres, sementara keadaan normal tidak terdapat pengaruh nyata.
Di samping bakteri, fungi juga digunakan sebagai probiotik. Saccharomyces cerevisiea dan Aspergillus oryzae merupakan jenis fungi yang banyak digunakan dalam pakan ternak. Saccharomyces cerevisiea mempunyai karakteristik khusus dalam pakan ternak karena kemampuannya memproduksi asam glutamat yang dapat meningkatkan palatability dari pakan tersebut. Berbeda dengan bakteri, fungi merupakan mikro-organisme yang mempunyai tingkat resisten yang tinggi dan dapat hidup pada kondisi yang kurang menguntungkan, di samping itu juga fungi mudah dikembang biakkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Aspergillus niger meningkatkan berat badan 5,9 persen dan meningkatkan efisiensi pakan 0,8 persen. Peningkatan penampilan ternak akibat pemberian Aspergillus niger disebabkan oleh meningkatnya asam lemak terbang (volatile fatty acids) seperti asam asetat, asam butirat, dan asam propionat yang merupakan sumber energi bagi ternak terutama ternak ruminansia (sapi, kerbau, atau kambing). Juga dilaporkan bahwa pemberian Saccharomyces cerevisie dapat meningkatkan daya cerna protein dan serat seperti selulosa dan hemiselulosa. Transpor ternak dari satu tempat ke tempat lainnya dapat mengakibatkan ternak menjadi stres, penambahan fungsi pada pakan ternak selama masa perpindahan ternak dapat menjadi salah satu pemecahan masalahan.
Di samping probiotik, saat ini banyak dikembangkan berbagai jenis bahan aditif yang berasal dari produk mikro-organisme seperti enzim (proteinase, amilase, selulase, xylanase, pectinase, dan lain sebagainya) yang diberikan kepada ternak. Di berbagai negara akhir-akhir ini penelitian yang berkaitan dengan salah satu mikro-organisme yang memproduksi enzim phytase sedang gencar-gencarnya dilakukan. Enzim phytase sangat bermanfaat karena kemampuan enzim tersebut mengubah fosfor yang terdapat pada biji-bijian (jagung, padi, gandum, kacang kedelai, dan lain-lain) dalam bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia dan dapat diserap oleh ternak. Tanpa adanya phytase bagian besar pospor yang terdapat pada biji-bijian dikeluarkan melalui faeces, pada akhirnya dapat mencemari lingkungan melalui proses Eutropication (pengurangan air yang bermanfaat oleh organisme karena meningkatnya alga atau tanaman pengganggu dan berakibat rendahnya kandungan oksigen sebagai proses dekomposisi dari bahan alga tersebut).
Begitu besarnya manfaat penggunaan mikro-organisme sebagai bahan aditif pakan ternak, pada saat ini industri pakan di berbagai negara sedang mengembangkan teknik pembudidayaan jenis-jenis bakteri, jamur, dan protozoa, yang dikemas dalam bentuk pakan ternak untuk diperjualbelikan. Akhir-akhir ini negara-negara Eropa Barat sedang giat-giatnya memberantas pemakaian bahan-bahan antibiotik dan hormon sebagai pemicu produksi ternak, diharapkan pada tahun 2012 semua produksi ternak di Eropa barat bebas dari bahan kimia tersebut, sementara Jerman mencanangkan lebih dahulu (2006), produksi ternak dan pertanian bebas dari pemakaian bahan-bahan kimia (Ökologische produkte).
Industri pakan di berbagai negara seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Australia telah bekerja sama dengan institut dan universitas untuk melakukan penelitian sebelum produknya dilemparkan ke pasar. Penelitian tersebut berkaitan dengan keoptimalan dosis dan keefektifan bahan tersebut terhadap produksi ternak. Protexin, K-99 Lacto, ProViva, BioGaia, Bio-Plus adalah contoh-contoh produk probiotik yang telah dipasarkan.
Menurut Fuller (1992), probiotik adalah makanan tambahan berupa mikroba hidup, baik bakteri, kapang/yeast yang dapat menguntungkan bagi inangnya dengan jalan memperbaiki keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan. Mikroba yang dikatakan sebagai probiotik (McNaught and MacFie, 2000) jika :
1. Dapat diisolasi dari hewan inangnyadengan spesies yang sama.
2. Menunjukkan pengaruh yang menguntungkan bagi inangnya.
3. Tidak bersifat patogen.
4. Dapat transit dan bertahan hidup di saluran pencernaan inangnya.
5. Sejumlah mikroba harus mampu bertahan hidup pada periode yang lama selama penyimpanan.
Mekanisme kerja probiotik masih banyak dikontroversikan. Mekanisme berikut ini dapat menjadi bahan pertimbangan (Budiansyah A, 2004), antara lain :
1. Melekat dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. Jika mikroba dapat menempel kuat pada sel-sel usus maka mikroba dapat berkembangbiak dan mikroba patogen akan tereduksi dari sel-sel usus.
2. Berkompetisi terhadap makanan dan memproduksi zat antimikroba.yang menguntungkan. Spora tersebut diselimuti oleh mantel alami, bukan dari kapsul. Pemilihan untuk mikroorganisme probiotik perlu dilakukan uji tes. Pemberian probiotik dengan mikroba tunggal dalam bentuk spora akan lebih baik karena lebih menguntungkan dan kualitasnya lebih terjamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar